Vrydag 22 Maart 2013


BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
            Timah merupakan salah satu bahan galian yang dimiliki tanah air indonesia yang tidak dapat diperbaharui keberadaannya. Pertambangan timah Indonesia hingga saat ini merupakan produsen timah nomor dua di dunia setelah Cina dan menghasilkan salah satu produk komoditi ekspor terbesar di dunia.          Belakangan ini harga timah di pasaran dunia  cenderung naik, sehingga menjadikan timah merupakan barang jenis logam yang dicari keberadaannya, Sehingga negara-negara penghasil timah berusaha untuk menyediakan stok di pasaran dunia sesuai dengan kebutuhannya.
            Di indonesia sendiri pertambangan timah hanya tersisa di Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta di daerah sekitar Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat. Sedangkan perusahaan milik Negara yang melakukan penambangan timah adalah PT. Timah (Persero).
            Industri pertambangan timah mempunyai tahapan kegiatan yang tidak sederhana, mulai dari kegiatan pra-penambangan, kegiatan penambangan dan kegiatan pasca penambangan. Dalam perkembangan terakhir, PT. Tambang Timah Unit Kundur telah menitik beratkan operasi penambangan pada cadangan timah alluvial yang berada di laut dengan mengoperasikan Kapal Keruk dan Kapal Isap Produksi.
            Kapal Isap Produksi dapat dikatakan seperti pabrik terapung karena selain alat penggalian umumnya dilengkapi dengan mesin-mesin unit pencucian. Dengan memperhatikan besarnya peranan Kapal Isap Produksi di sektor industri pertambangan timah dewasa ini, maka perencanaan kerja dan evaluasi pada Kapal Isap Produksi perlu dilaksanakan dengan baik dan terukur.
Hasil Produksi bijih timah yang dihasilkan oleh Kapal Isap Produksi Timah II di instalasi pencucian akan menghasilkan bijih timah dengan kadar Sn 60 % sampai 70 % yang kemudian akan di proses lebih lanjut lagi di Pusat Pengolahan Bijih Timah (PPBT) untuk ditingkatkan kadarnya hingga mencapai > 72%  Sn sebagai syarat utama peleburan.

1. 2. Tujuan dan Manfaat
            Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang harus diperbaiki dalam pencucian bijih timah menggunakan Kapal Isap Produksi yang nantinya akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan pencucian timah selanjutnya dan juga agar mengetahui alat-alat yang digunakan dalam kegiatan aktivitas pencucian bijih timah dengan menggunakan Kapal Isap Produksi, Khususnya pada Kapal Isap Produksi Timah II.
                Manfaat dari penulisan laporan ini adalah memperoleh wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai Aktivitas Pencucian Bijih Timah Menggunakan Kapal Isap Produksi khususnya pada Kapal Isap Produksi Timah II.

1. 3. Pembatasan Masalah
            Dalam penelitian ini Penulis hanya mengkaji mengenai aktivitas pencucian bijih timah pada Kapal Isap Produksi Timah II.

BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1. Sejarah PT. Tambang Timah (Persero)
            Daerah cadangan timah di Indonesia merupakan suatu bentangan wilayah sejauh lebih dari 800 km, disebut sebagai “The Indonesian Tin Belt” yang merupakan bagian dari “The South East Asia Tin Belt” yang membujur sejauh kurang lebih 3.000 km dari daratan  Asia kearah Thailand semenanjung Malaysia dan Indonesia yang mencakup wilayah Pulau-pulau Karimun, Kundur, Singkep dan sebagian didaratan Sumatera (Bangkinang) di utara terus kearah selatan yaitu Pulau-pulau Bangka, Belitung dan Karimata hingga ke daerah sebelah barat Kalimantan.
            Penambangan timah di Indonesia sudah berlangsung lebih dari 200 tahun, yaitu di Bangka mulai tahun 1711, di Singkep tahun 1812 dan di Belitung sejak tahun 1852. Dengan kekayaan cadangan yang melimpah, Indonesia merupakan salah satu Negara produsen timah terbesar di dunia.
            Bijih timah di Indonesia pertama gali digali pada tahun 1709 di sungai olim, Toboali, Pulau Bangka. Pengerjaannya dilakukan secara primitif oleh penduduk dengan cara pendulangan dan mencangkul dengan dengan system penggalian sumur Palembang atau system kolong/parit. Bijih timah yang dihasilkan pada waktu itu dijual kepada pedagang-pedagang yang dating dari Portugis, Spanyol, dan juga dari Belanda. Keadaan ini berubah ketika belanda dating ke Indonesia, pada saat mana penggalian timah mulai lebih digiatkan. Sejak tahun 1720 penggalian timah dilakukan secara besar-besaran dibiayai oleh para pengusaha belanda yang tergabung dalam VOC yang kemudian monopoli dan mengawasi seluruh tambang di pulau Bangka.
            Pada tahun 1816 Pemerintah Belanda mengambil alih tambang-tambang di pulau Bangka dan dikelola oleh badan yang diberi nama "Bangka Tin” Winning Bedrijf" (BTW). Sedangkan di Pulau Belitung dan Pulau Singkep diserahkan kepada pengusaha swasta Belanda, masing-masing kepada Gemeenschappelijke Mijnbouw Maatschappij Biliton (Biliton Mij.) atau lebih dikenal dengan nama GMB di Pulau Belitung, dan NV Singkep Tin Exploitatie Maatschappij atau dikenal dengan nama NV SITEM di Pulau Singkep.
            Secara historis pengusahaan pertambangan timah di Indonesia dibedakan dalam dua masa pengelolaan. Yang pertama sebelum tahun 1960 dikenal dengan masa pengelolaan Belanda, di mana Bangka, Belitung dan Singkep merupakan badan usaha yang terpisah dan berdiri sendiri. Bangka dikelola oleh badan usaha milik Pemerintah Belanda sedangkan Belitung dan Singkep oleh perusahaan swasta Belanda. Status kepemilikan usaha ini memberikan ciri manajemen dan organisasi yang berbeda satu dengan yang lain. Ciri perbedaan itu diwujudkan dalam perilaku organisasi dalam arti luas, baik struktur maupun budaya kerjanya.
            Masa yang kedua adalah masa pengelolaan Negara Republik Indonesia. Status berdiri sendiri dari ketiga wilayah tersebut masih terus berlangsung tetapi dalam bentuk Perusahaan Negara (PN) berdasarkan Undang-undang No. 19 PRP tahun 1960, yaitu PN Tambang Timah Bangka, PN Tambang Timah Belitung dan PN Tambang Timah Singkep.          Selanjutnya berdasarkan PP No. 87 tahun 1961 ketiga Perusahaan Negara tersebut dikoordinasikan oleh Pemerintah dalam bentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Tambang-tambang Timah Negara (BPU Tambang Timah) dengan pembagian tugas dan wewenang seperti bentuk "holding company".
            Perubahan selanjutnya terjadi pada tahun 1968 di mana ketiga PN dan BPU ditambah Proyek Pabrik Peleburan Timah Mentok dilebur menjadi satu dalam bentuk PN Tambang Timah, yang terdiri dari Unit Penambangan Timah (UPT) Bangka, Belitung, dan Singkep serta Unit Peleburan Timah Mentok (Unit Peltim).
            Dengan pertimbangan memberi keleluasaan bergerak di sektor ekonomi umumnya, terutama dalam menghadapi persaingan, status PN Tambang Timah ini pada tahun 1976 diubah lagi menjadi bentuk Perseroan yaitu PT Tambang Timah (Persero) dengan Bangka, Belitung, Singkep dan Peleburan Timah Mentok tetap sebagai unit kegiatan operasi yang dipimpin masing-masing oleh Kepala Unit sedangkan Kantor Pusat berada di Jakarta sehingga secara manajemen perubahan dimaksud belum terintegrasi dalam arti sebenarnya.
            PT. Tambang Timah Unit Kundur merupakan unit PT.Timah yang bergerak dalam bidang penambangan, ekplorasi serta peleburan dari bijih timah. Hal ini dapat terlihat dari adanya dua tanur smelter yang terdapat di pulau Kundur dan satu unit system pabrikan solder.

2. 2.   Lokasi penambangan PT. Tambang Timah Unit Kundur
            Lokasi penambangan PT. Tambang Timah Unit Kundur berada di Pulau Kundur. Kecamatan Kundur Barat, sebelah utara dari kota Tanjung Batu. Dengan jarak tempuh ± 45 km dari pelabuhan utama Pulau Kundur di kota Tanjung Batu. Perjalanan dapat ditempuh lebih kurang 45 menit waktu penyeberangan dari pulau karimun menuju pelabuhan Sekumbang yang merupakan pelabuhan utama dari PT. Tambang Timah Unit Kundur. Di pulau Kundur sendiri terdapat dua pelabuhan utama, yaitu pelabuhan Tanjung batu, dan pelabuhan Selat Belia.
            Operasi penambangan bijih timah di perairan Pulau Karimun-Kundur menempati wilayah KP ekploitasi yang umumnya mempunyai masa berlaku 30 tahun. Tuntutan peraturan perundangan (memenuhi surat edaran Dirjen Minerba Dan Panas Bumi No.03.E/31/Djb/2009) dan telah disesuaikan dengan izin usaha penambangan  (IUP) yang diterbitkan bupati Kabupaten Karimun, maka secara administrasi jalur endapan bijih timah perairan P. Karimun-Kundur tercakup kedalam Kecamatan Kundur, Kecamatan Kundur barat, Kecamatan Meral, Kecamatan Karimun dan Kabupaten Karimun. Dari sudut geologi, sumber timah perairan tersebut merupakan bagian jalur timah Asia Tenggara. Di indonesia jalur timah ini 2/3 berada pada zona lautan, sedangkan zona daratan berupa deretan pulau-pulau dari arah barat laut, Pulau Karimun, Kundur, Singkep, Bangka sampai Belitung dan jejak granit bertimah terakhir berada di pulau Karimata di timur Belitung.
            Secara implisit RTRW Kabupaten Karimun (2001-2002) menunjukkan bahwa perairan tersebut tergolong strategi umum pola pengembangan potensi jalur endapan bijih timah, sehingga lokasi tersebut diterapkan peruntukannya sebagai kawasan pertambangan dengan kriteria lokasi untuk potensi bahan tambang bernilai tinggi.
 
2.3.   Iklim dan Suhu regional
            Berdasarkan data badan BMG tanjung balai karimun, dengan periode pencatatan tahun 2006-2010 dapat diketahui komponen iklim.
a. Curah hujan rata-rata tahunan di perairan P. Karimun-Kundur adalah 2.400 mm. Curah hujan bulanan rata-rata tercatat sebesar 230,4 dengan jumlah hari hujan 17 hari dalam sebulan (Tabel II.1). Curah hujan harian tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu sebesar 509,3 mm dengan hari hujan sebanyak 19 hari sedangkan terendah adalah pada bulan Januari sebesar 30,7 mm dengan hari hujan sebanyak 13 hari.
a.       TABEL II.1
CURAH HUJAN DAN PENYINARAN MATAHARI BULANAN
RATA-RATA
Bulan
Penyinaran Matahari (%)
Curah Hujan (mm)
Jumlah Hari Curah Hujan

Januari
67
30,7
13
Febuari
84
76,2
8
Maret
49
128,1
18
April
55
330,4
21
Mei
46
152,0
21
Juni
53
141,5
17
July
45
180,3
17
Agustus
47
499,1
20
September
46
287,1
19
Oktober
50
509,3
19
November
43
255,0
10
Desember
48
175,0
20
Rata-rata 2010
53
230,4
17
Rata-rata 2009
49
226,7
18
Rata-rata 2008
53
226,6
15
Rata-rata 2007
57
233,2
-
Rata-rata 2006
62
163,8
-
Sumber BMG Kepri 2010


b.      Suhu udara rata-rata bulanan pulau Kundur 27oC. Tertinggi pada bulan Juli sebesar 33oC, dan terendah pada bulan Januari temperatur udara rata-rata bulanan mencapai 23,20oC. Pengukuran di daerah pantai menunjukkn suhu udara berkisar antara 28,5 – 31,4o.
c.       Kelembapan udara nisbi di atmosfer sekitar P.Karimun-Kundur pada umunya tinggi sepanjang tahun atau rata-rata bulanan sekitar 86%. Kelembapan relatif terendah pada bulan Mei dan Juli 2010 yaitu 59% sedangkan kelembaan relatif tertinggi dicapai 99% (Tabel II.3). tekanan udara rata-rata pada  sepanjang tahun 2010 adalah 1010,4 mb, terendah sebesar 1006,5 mb pada bulan Mei dan bergerak mencapai tekanan tinggi 1013,4 mb di awal 2010.
d.      Arah dan kecepatan pergerakan mata angin relatif setimbang selatan dan utara, pada bulan Juni – Oktober angin bertiup dari selatan dengan kecepatan 3 – 6 knot (1,5 – 2,5 m/det) kemudian periode bulan Januari – April angin bergerak dari arah utara dengan kecepatan 3 – 5 knot. Kecepatan maksimum terjadi pada bulan Oktober – November mencapai 20 knot (Tabel II.2)

TABEL II.2
KELEMBAPAN UDARA, ARAH DAN KECEPATAN ANGIN BULANAN RATA-RATA
Bulan
Kelembapan udara (%) humidity
Arah dan kecepatan angin (knot)
Rata-rata harian
Maximum
Minimum
Rata-rata harian
Maximum
minimum
Januari
82
98
63
5
18
Utara
Febuary
82
100
62
5
11
Timur
Maret
87
100
67
3
8
Utara
April
85
100
66
5
10
Utara
Mei
89
98
59
5
10
Timur
Juni
87
98
64
6
9
Selatan
July
88
100
59
5
18
Selatan
Agustus
87
98
67
6
17
Selatan
September
87
100
62
3
20
Selatan
Oktober
88
100
69
3
20
Selatan
November
88
100
65
4
7
Barat
Desember
86
100
66
5
9
Barat
Rata-rata 2010
86
99
64
5
13

Rata-rata 2009
86
99
63
4
20
Timur laut
Rata-rata 2008
86
97
62
6
15
Selatan
Rata-rata 2007
85
97
61
4
20
Selatan
Rata-rata 2006
84
98
60
3
15

Sumber BMG Kepri 2010
 
2.4.  Fisiografi dan Morfologi
Secara regional Pulau Karimun-Kundur dan pulau sekitarnya dimasukkan kedalam fisiografi pulau-pulau lepas pantai (offshore island). Kondisi geologi gugusan pulau-pulau ini berbeda dengan daratan bagian timur laut pulau Sumatra yang dimasukkan dalam fisiografi daratan pantai (coastal pain). Karakteristik pulau-pulau lepas pantai adanya perbukitan yang biasanya terbentuk dari batuan dasar (granit) baik batuan beku maupun batuan metasedimen dari kerak benua paparan sunda yang berumur pra tersier. Sedangkan daratan pantai umumnya  berupa dataran rendah berawa dan ditempati oleh batuan sedimen yang mengisi cekungan sumatra tengah yang berumur tersier dan lebih mudah selain itu gugusan pulau-pulau ini merupakan jalur timah asia tenggara (The south east asia tin belt) yang membentang dari Cina-Thailand-Myanmar-Malaysia-P.Karimun-Kundur hingga berakhir di Bangka-Belitung dan Kalimantan. Keberadaan granit yang menempati gugus pulau-pulau ini menjadi menarik  karena mengandung mineral ogam, non logam dan mineral jarang yang memiliki nilai ekonomis.
Morfologi, topografi kundur relatif lebih rendah dengan kelerengan sedang hingga landai-datar dengan ketinggian kurang dari 125 m dpl. Dengan kekerasan batuan granit lebih lembek dibanding P.karimun. keadaan sungai umunya pendek, beberapa bersifat musiman dan relatif berpola dendrik, yakni mengikuti lembah-lembah perbukitan. Perairan diwilayah kundur merupakan perairan selat yang berada di antara pulau-pulau dan berada didepan muara sungan kampar, sehingga kondisi perairan wilayah tersebut dipengaruhi oleh sistem estuari muara sungai. Secara umum kedalaman dasar laut perairan kundur kurang dari 25 meter dari muka laut.

2.5.  Stratigrafi dan Struktur Geologi
            Stratigrafi P.Karimun-Kundur dan pulau sekitar dengan urutan stratigrafi tua ke muda sebagai berikut:
1.    Formasi papan tersingkap di P.Kundur dan pulau sekitarnya, terdiri dari serpih, batu pasir, konglomerat kuarsa kontak dengan granit, berumur karbon akhir – trias.
2.    Formasi malam tersingkap di P.Karimun terdiri dari serpih, konglomerat, batu gamping dan batu  gunung api riodasitik, berumus trias awal.
3.    Formasi duriangkang lebih tersingkap kearah P.Batam-Bintan, terdiri dari serpih karbonat dan batu pasir, trias tengah
4.    Granit Kundur terdiri dari granit biotit, muskovit, turmalin aplit, pegmatit dan graisen timah dan tungsten. Berumur trias tengah.
5.    Granit Karimun terdiri dari granit biotit, muskovit, turmalin aplit, pegmatit dan graisen timah dan tungsten. Berumur trias tengah.
6.    Granit tak terbedakan, tidak diketahui apakah masuk granit karimun, atau kundur
7.    Endapan permukaan tua (aluvial tua) terdiri dari lempung lanau, kerikil lempungan, sisa tumbuhan dan pasir granit, berumur plistosen akhir
8.    Endapan permukaan muda (aluvial muda ) terdiri dari lempung, lanau, kerikil, sisa tumbuhan, rawa gambut dan terumbu koral berumur holosen.
            Sedimen permukaan dasar laut yang berada di wilayah studi termasuk dalam aluvium muda. Pengelompokan sedimen permukaan dasar laut didasarkan pada prosentase besar butir klasifikasi folk (1980) yang dapat dibedakan menjadi beberapa satuan sedimen dengan fraksi kasar (kerikil-pasir) tersebar lebih kearah dekat pantai, sedangkan kearah lepas pantai lebih didominasi oleh sedimen berfraksi halus (lempung dan lumpur)
            Berdasarkan batuan yang tersingkap menunjukkan struktur geologi berarah barat laut-tenggara yang sama dengan arah struktur bentong suture di Malaysia. Sejarah geologi diawali dengan dijumpainya batuan dasar metasedimen era peleozoik kelompok tapanuli (Put) yang berumur karbon-perm. Kelompok ini tersingkap di daratan pulau sumatara sedangkan didaerah karimun kundur terbentuk formasi papan (Mpt). Pada waktu yan bersamaan terjadi pengangkatan kala permo-triass dengan munculnya batuan magmatik granit yang berbentuk batholit.
            Pada era mesozoikum didaerah P.Karimun-Kundur hanya dijumpai batuan sedimen/metasedimen formasi malang dan duriangkang. Tidak banyak yang diketahui pada proses yang terjadi di daerah karimun-kundur pada era kenozoik khusunya kala tersier. Sedangkan didaerah daratan sumatra, pada kala tersier diendapkan formasi pematang, sihapas, telisa, petani dan minas yang merupakan cekungan sumatra tengah dan berpotensi migas. Pada kala kuarter 2 juta tahun lalu terendapkan aluvial tua (Qp) dan hingga saat ini aluvial muda (Qh).
            Pada proses endapan timah melalui beberapa fase penting yang sangat menentukan keberadaan timah itu sendiri, fase tersebut adalah, pertama adalah fase pneumatolitik, selanjutnya melalui fase kontak pneumatolitik-hidrotermal tinggi dan fase terakhir adalah hipotermal sampai mesotermal.Fase yang terakhir ini merupakan fase terpenting dalam penambangan karena mempunyai arti ekonomi, dimana larutan yang mengandung timah dengan komponen utama silica (Si02) mengisi perangkap pada jalur sesar, kekar dan bidang perlapisan.

2.6. Endapan Timah
            Endapan timah di Indonesia terletak pada jalur timah terkaya di dunia, yang membujur mulai dari Cina selatan, Birma, Muangthai, Malaysia dan berlanjut ke Indonesia. Jalur di Indonesia mengarah dari utara ke selatan yaitu dari pulau Karimun, P. Kundur, P. Singkep, P. Bangka, Bangkinang (Sumatera bagian tengah)serta terdapat tanda-tanda di kepulauan Anambas, Natuna dan Karimata. Sampai ini ada dua jenis utama timah yang berdasarkan proses terbentuknya yaitu timah primer dan timah sekunder,kedua timah jenis tersebut dibedakan atas dasar proses terbentuknya (genesa). Endapan timah primer pada umumnya terdapat pada batuan granit daerah sentuhannya, sedangkan endapan timah sekunder kebanyakan terdapat pada sungai-sungai tua dan dasar lembah baik yang terdapat di darat maupun di laut.
            Produksi delapan puluh persen dari endapan timah sekunder yang merupakan hasil proses pelapukan endapan timah primer, sedangkan sisanya ada dua puluh persen berasal dari endapan timah primer itu sendiri. Penyebaran cadangan timah terdapat di Negara-negara yang berada di jalur mineralisasi, seperti Negara-negara tersebut di atas. Di Indonesia bahan tambang timah merupakan komoditi andalan untuk ekspor, selain minyak bumi dan batu bara, dan kemungkinan masih cukup banyak endapan timah yang masih belum ditemukan.
            Bentuk -  Bentuk Pengendapan Timah
            Batchelor. D, (1980), dan Worojati. D, (1994), menjelaskan bahwa bentuk-bentuk pengendapan (depositional form) yang potensial terhadap konsentrasi endapan timah dibagi kedalam 5 (lima) kelompok :
a.         Pengendapan eluvial dan kolovial
Gejala pengendapan eluvial dan kolovial di lapangan dapat dikenali dengan  memperhatikan perubahan secara berangsur-angsur pada interval bawah hingga ke atas tanpa dipisahkan oleh bidang erosi.
b.        Kipas Aluvial  (Aluvial fan)
Secara umum model kipas aluvial dibagi atas :
1)        Bagian Proksimal (dekat dengan sumber), tersusun atas batupasir kasar yang  mempunyai struktur masif dan berlapis.
2)        Bagian tengah kipas aluvial (mid fan) terusun atas batupasir kasar     hingga sedang.
3)        Bagian ujung kipas aluvial (distal fan) tersusun atas batupasir berukuran sedang  hingga batulempung.
c.         Brainded Stream
Merupakan pola pengaliran yang bancuh / simpang siur, yang menghasilkan    banyak  point bar.
d.        Meandering Stream
Merupakan pengendapan yang dibagi atas endapan dasar sungai dan endapan   point   bar.
e.         Endapan pantai
Fasies endapan pantai secara umum mempunyai nilai ekonomi terhadap kandungan mineral bijih.
 
2. 7. Sifat Fisik dan Karakteristik Mineral Dalam Bijih Timah
            Kasiterit (SnO2) merupakan mineral utama yang mengandung unsur Sn. Dalam pembentukannya, mineral ini disertai dengan beberapa mineral berat berharga serta sekelompok mineral pengganggu. Endapan bijih timah didalam kasiterit pada umumnya berasal dari magma granitik, yaitu magma dari larutan yang bersifat asam (pembentukan granit), sehingga keterdapatan endapan bijih Timah berhubungan erat dengan terdapatnya batuan granit. Kandungan rata-rata kadar Sn dalam batuan sebagai indikasi pegangan eksplorasi mineral dalam menentukan nilai latar belakang yang  diberikan oleh Hawkess dan Webb (1962). Harga rata-rata ini untuk batuan beku adalah 32 ppm Sn, dengan kandungan Sn yang kecil sebesar 6 ppm pada batuan beku mafik dan dengan maksimum 45 ppm pada batuan fesilik, sedangkan untuk batuan sedimen serpih dapat mencapai 40 ppm. Nilai rata-rata yang digunakan ditentukan oleh Onishi dan Sandell (1957) dan Hamaguchi (1964) dengan kisaran nilai yang dikumpulkan oleh Wedepohl (1974) dan Durasova (1967).
1) Mineral berat berharga.
a. Mineral Utama
            Mineral utama yang diproses di Pusat Pencucian Bijih Timah (PPBT) Unit Kundur adalah kasiterit (SnO2). Warna kasiterit ini bermacam-macam yaitu kuning coklat, kuning kemerahan, coklat kehitaman dan coklat tua dengan berat jenis 6,8 – 7,1. Mineral kasiterit permukaannya mengkilap dan berminyak. Umumnya tidak tembus cahaya, tetapi lapisan permukaan kristalnya berkilau. Keberadaannya ada yang primer ada pula yang aluvial. Dengan sistem kristal tetragonal 4/m 2/m 2/m. Mineral mineral bersifat konduktor.
b. Mineral ikutan berharga
            Secara umum mineral berharga yang terbawa oleh mineral kasiterit, dan mineral ikutan berharga yang diproses di Pusat Pencucian Bijih Timah (PPBT) Unit Kundur antara lain:
1. Ilmenit (FeTiO3)
            Umumnya ilmenit berwarna hitam besi atau hitam keabu-abuan, memiliki berat jenis 4,5 – 5 dan bersifat konduktor dan sifat magnetik kuat. Biasa digunakan sebagai rutil (TiO2) untuk industri keramik pigmen dan konsentrat titanium.
2.  Zircon
                 Memiliki warna merah pucat atau orange dengan berat jenis 4,2 – 4,7. zircon bersifat non konduktor dan non magnetik digunakan sebagai bahan zirkonia untuk industri keramik.

3.    Monazit [(Ce, La, Y, Th)PO4]
            Umunya memiliki warna kuning atau jaring-jaring hijau. Berat jenis monazite antar 4,6 – 5,3  dan bersifat non konduktor dan megnetik lemah. Mineral ini dijual secara berkala tergantung pesanan konsumen.

2.)  Mineral ikutan lainnya.
            Mineral – mineral lainnya yang sangat berpengaruh dalam bijih timah, yang memiliki perbedaan warna, kekerasan, berat jenis, sifat kelistrikan dan sifat magnetic (Tabel II-1). Dari hasil kondisi lapangan, pada penambangan kapal isap produksi (KIP TIMAH II) Timah diperoleh beberapa mineral ikutan yang utama antara lain: Pyrite/ Marcasite, ilmenit, zircone, anatase, turmalin, siderit dan mineral pengotor utama pasir kuarsa.

BAB III
LANDASAN TEORI

3.1. Devinisi Kapal Isap Produksi
Kapal isap produksi adalah suatu alat gali atau pemindahan tanah yang dipergunakan untuk menggali lapisan tanah bawah air, dimana peralatan mekanis dan pengolahan materialnya bertumpu pada sebuah ponton. Selanjutnya material hasil penggalian tersebut dipindahkan ke bagian pengolahan sementara, yaitu: instalasi pencucian. Bagian pengolahan sementara ini berfungsi sebagai media pemisah antara material endapan bijih timah ( Sn ) dengan material pengotor lainnya. Material endapan bijih timah ( Sn ) hasil pencucian ditampung di dalam kampil bijih ( karung tempat bijih timah ), sedangkan material pengotornya langsung terpisah dan dibuang ke dalam laut.

3.2. Bagian-Bagian Utama Kapal Isap Produksi
Secara garis besar bagian utama pada Kapal Isap Produksi adalah sebagai berikut :
1. Alat Apung ( Ponton )
Ponton adalah bagian dasar/kumpulan dari beberapa tangki atau kompartemen yang membentuk suatu badan kapal, ponton berbentuk tabung berdiameter 1,8 meter. Selain sebagai alat apung, ponton juga berfungsi untuk menyimpan HSD ( bahan bakar solar ) dan air tawar.

3.3. Peralatan Pengoperasian Penggalian
            Untuk mendukung operasional penggalian di KIP,ada beberapa peralatan sangat dominan:
1.    Cutter
2.    Ladder
3.    Pipa Hiap
4.    Pompa tanah
5.    GPS
6.    Mesin dorong/propeller
7.    Mesin (Engine)

1.    Cutter
            Cutter adalah alat gali atau alat potong dan alat yang mampu memberai, mengiris(menggali) lapisan tanah. Dibuat dari bahan besi baja yang keras sehingga tidak mudah haus karna gesekan dengan tanah, didalam cutter terdiri dari 6 buah pisau dan tiap pisau terdiri dari 8 kuku yang bertugas memotong lapisan tanah, cutter ditempatkan pada ujung ladder.

2.    Ladder.
            Berfungsi untuk penempatan cutter,pompa tanah,pipa isap dan pipa tekan.panjang ladder sangat menentukan untuk mencapai kedalaman gali,setiap KIP mempunyai panjang ladder yang berbeda-beda.Kontruksi ladder terdiri dari besi siku dan plat sebagai dinding.ujung ladder dipasang cutter dan pangkal ladder dipasang as sebagai tumpuan bagi naik turunnya ladder. Pompa tanah diletakkan di ladder dengan jarak 9-12 meter dari cutter.
            Dalam proses penggalian, Ladder digerakan oleh kawat ladder untuk     naik turun ladder dalam proses penggalian. Kinerja ladder sangat ditentukan oleh keahlian operator yang mengendalikan kawat Lader sesuai dengan kedalaman pengalian. Kawat lader bisa saja putus bila ada arus dan longsoran. Panjang ladder sangat menetukan untuk mencapai kedalaman gali,  kedalaman gali maksimum mencapai 35 m.Konstruksi ladder terdiri dari besi siku dan plat sebagai dinding. Ujung ladder dipasang cutter dan pangkal ladder dipasang as sebag tumpuan naik turunnya ladder.


3.    Pipa Hisap
            Pipa hisap adalah pipa yg berbentuk mulut bebek yg berfungi untuk menghisap tanah yang telah di hancurkan oleh cutter akan tetapi yg memberikan daya hisap adalah pompa tanah karena pipa hisap alat bantu pompa tanah.

4.    Pompa Tanah
            Pompa tanah berfungsi menghisap material hasil gali dari cutter yang  selanjutnya  ditransportasi ke saring putar melalui pipa keong, pipa press dan pipa spiral menuju ke saring putar. Pompa tanah di letakkan pada ladder dengan jarak sekitar 9-12 meter dari cutter,untuk memindahkan campuran tanah dan air yang sudah digali dengan cutter,melalui pipa isap dan pipa tekan dialirkan ke saringan putar.
            Kinerja cutter dan pompa tanah harus betul2 dikuasai oleh operator dalam operasional penggalian KIP. Pompa tanah juga dapat menghisap tanah yang terberai oleh cutter, dapat memperlemah  dinding tanah sehingga mudah tuk dihisap.

5.    GPS
            Peralatan dalam proses penggalian dibantu oleh adanya GPS yang dapat memonitor koordinat posisi kapal isap dengan ketelitian hingga 1 m setiap saat dan juga kedalaman penggalian. Kapten menyimpan titik-titik lokasi yang pernah digali sehingga kemungkinan akan tergalinya tanah yang sudah digali sangat kecil.

6.    Mesin dorong/propeller
            Mesin dorong berfunsi sebagai menggerakkan kapal untuk belayar,dalam operasional penggalian berfungsi untuk memberi dorongan  kapal   kekiri dan kekanan,agar bisa berputar 360o mendorong untuk menekan ujung cutter terhadap tanah yang akan digali.

5 . Mesin (engine)
Mesin (engine) KIP terdiri dari.
1. Engine For gravel  pump, mesin  funsinya untuk menggerakkan   pompa  tanah.                  
2. Engine for  hydrolic  pump  for  cutter  and  ladder wich,  mesin  yang  fungsinya untuk menggerakkan cutter and ladder.
3. Engine for water pump & hydrolic plant ,mesin  yang  fungsinya  menggerakkan Saringan putar,penggerak Jig dan pompa onderwater.
4. Engine for operation dredge (engine for propeller swing),mesin yang  fungsinya untuk menggerakkan propeller,janggka labuh.  
5. Engine for sailing dredge(propeller moving engine),mesin yang berfungsi untuk Menggerakkan propeller ketika berlayar.
6. Electric  Generator ,  mesi   yang   fungsinya   untuk   menggerakkan   generator Penerang dan motor las.
3.4. Peralatan pencucian/pemisahan                                                                      
          Peralatan pencucian yang digunakan kapal isap produksi timah II , ada beberapa peralatan yang sangat berperan penting antara lain :
1.    Saringan Putar
2.    Jig primer
3.    Jig Clean Up
4.    Sakan
5.    bandar tailing

3.5. Latar Belakang KIP Timah II
1.    Riwayat KIP Timah II
            KIP Timah II Dirancang oleh PT. Timah (Persero) Tbk pada tahun 2008, yang lokasinya di Air Kantung Sungailiat Kabupaten Bangka. Uji coba operasi pada tanggal 22 Mei 2009 di perairan Bangka dan di resmikan pada tanggal 31 Desember 2009 oleh Direktur PT. Timah (Persero) Tbk.  Bapak Wachid Usman.
            KIP Timah II beroperasi mulai dari September 2010 sampai  sekarang di wilayah Laut Kundur Kepulauan Riau pada saat ini operasional KIP Timah II berada di wilayah Kuasa Penambangan (KP-6183) pada koordinat  310000 - 310200 LU dan 10093400 - 10093600 BT.
2. Konstruksi KIP Timah II
            Konstruksi KIP Timah II ada dua. yaitu konstruksi Atas dan Bawah. Untuk di atas yaitu:
6.    Atas            : Merupakan Tempat Operasional KIP Timah II. Yang terdiri atas                              Dua dek. Dan berisi peralatan mesin, pencucian, Ruang komando,                        dan ruang karyawan dan lain-lain.
7.    Bawah        : Merupakan Konstruksi dari pada seluruh KIP Timah II. Di mana                              konstruksi berbentuk tabung dengan berdiameter 1,8 m yang merupakan gabungan beberapa Konstruksi seluruh sebagai pondasi bawah yang berfungsi Sebagai tempat penyimpanan  bahan bakar dalam air tawar.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Pencucian
          Pencucian merupakan proses akhir dari rangkaian kegiatan penambangan, sehingga besar kecilnya perolehan sangat ditentukan oleh kegiatan pencucian, Pencucian yang digunakan dengan pemisahan menggunakan media air laut.
4.2. Fungsi Pencucian
          Fungsi pencucian dalam suatu kegiatan penambangan adalah untuk mencuci atau mengolah atau memisahkan bahan galian dari mineral-mineral pengotor, untuk mendapatkan mineral utama dan mineral-mineral ikutan berharga lainnya. Setelah dilakukan pencucian  bijih timah pada kapal isap produksi timah II kadar sn yang didapatkan adalah ± 60-70 %.
4.3. Fungsi Peralatan Pencucian
          Pencucian dapat berfungsi dengan baik apabila peralatan maupun prosesnya berfungsi dengan baik pula. Apabila Posisi instalasi peralatan pencucian yang kurang baik maka akan mengakibatkan kehilangan mineral timah dan mineral-mineral  berharga lainnya. Peralatan pencucian inilah sebagai media pembersih timah yang di bantu oleh air. Alat pencucian merupakan media atau alat bantu dalam pencucian.

4.4. Peralatan Pencucian
            Peralatan pencucian terdiri dari:
4.4.1. Saringan putar (grizzly)
            Merupakan alat pemisahan material bahan galian awal, dimana material halus bertimah sebagai undersize dan material kasar seperti bongkahan tanah besar, batu, dan kerang-kerangan, dan lain-lain sebagai oversize. Untuk ukuran undersize adalah <10 mm sedangkan oversize >10 mm, dan kemiringan sudut saring putar pada KIP Timah II adalah 6o.

4.4.2. JIG
            Jig adalah suatu alat pemisah bijih timah berdasarkan perbedaan berat jenis ( BJ ) dari bijih timah dan mineral-mineral ikutan lainnya. Seperti halnya sakan, jig juga menggunakan prinsip gravitasi. Butiran bijih timah akan turun secara gravitasi akibat adanya gaya isap (suction) dan tekan (pushion) dari air yang berada dalam kompartemen jig akibat gerakkan dari penggerak jig dengan sistem hidrolik.
            Proses pencucian bijih timah di kapal isap dilakukan dengan menggunakan alat Jig  tipe Pan America, yaitu tipe jig diafragma dengan posisi membran berada di bawah. Gerakan membran-nya dari atas ke bawah dengan gerakan tekanan isap. Tiap kompartemen dapat diatur panjang dorongannya (stroke) masing-masing Pada kapal isap produksi peralatan pencuciannya menggunakan jig tipe Pan America, yaitu suatu tipe peralatan pencucian yang terjadi akibat adanya gaya tekan dan gaya isap dengan bersumber dari media air yang didorong dari atas ke bawah  peralatan jig. Kapal isap produksi hanya menggunakan 2 tingkatan, yaitu jig primer dan jig clean up. Jig primer menerima umpan / feed dari undersize grizzly dan saring putar (revolving screen). Oversize jig primer berupa material kasar akan terbuang sebagai tailing melalui bandar tailing sedangkan undersize berupa material halus campuran bijih timah dan pasir kemudian diolah lebih lanjut melalui jig clean up.
4.4.2.1.  Saringan (Rubber Screen)
            Saringan gunanya untuk menahan jig bed (hematite) jangan sampai turun ke bawah dan melewatkan atau meloloskan bijih timah. Pada umumnya saringan dibuat dari bahan yang tahan terhadap korosi seperti pospor brons, baja tahan karat dan karet. Ukuran lubangnya harus lebih kecil dari hematite dan lebih besar dari bijih timah, biasanya dipakai dengan ukuran 4 x 10 mm untuk kompartemen A dan ukuran 3 x 10 mm untuk kompartemen BC, ukuran lubang 6-10. Saringan berukuran lebih besar diletakan melintang terhadap arah aliran, dengan tujuan agar lubang saringan tidak mudah buntu atau tersumbat.
4.4.2.2.  Bed
            Bed adalah lapisan material diatas saringan jig, yang terdiri dari batu hematite yang berfungsi sebagai bahan perantara dalam memisahkan bijih timah yang berat jenisnya lebih tinggi dengan bijih yang berat jenisnya lebih rendah.
Ukuran pada jig primer                       =  25 – 40 mm
Ukuran pada jig clean up                    =  8 – 10 mm
Contoh perhitungan kebutuhan batu hematite sebagai bed jig :
PA jig dengan opening area/cell         = 1,25 m x 1,25 m
Luas area/cell  = 1,25 m x 1,25 = 1,5625 m2
Tinggi rooster  = 100 mm = 0,1 m
Volume            = 1,5625 m2 x 0,1 m = 0,15625 m3
BJ pure            = 2,3 ton/m3
Berat bed jig    = 0,15625 m3 x 2,3 ton/m3 = 0,359 ton/cell
Jadi kebutuhan bed jig untuk 1 unit jig PA 2 x 3 cell
(2 x 3 cell/unit) x 0,359 ton/cell = 2,154 ton/unit dibulatkan menjadi 2,2 ton/unit.
4.4.2.3. Afsluiter Underwater
            Berfungsi sebagai pengatur cross flow dan mengatur  pemasukan air ke tiap tangki jig dan menjaga keseimbangan air dalam jig, maka air perlu ditambahkan dan dimasukkan ke dalam jig dari sebelah bagian bawah saringan (Hutch), disebut underwater atau hutchwater. Selain itu fungsi yang terpenting adalah untuk mengontrol pemisahan konsentrat dan tailing, sehingga tailing yang sudah masuk ke dalam jig bed dapat didorong kembali ke atas dan keluar sebagai tailing.
4.4.2.4. Kisi – Kisi (Rooster)
            Kisi-kisi (rooster) adalah alat yang berguna untuk menjepit saringan jig dan menahan bed agar tetap di tempat. Kisi-kisi dibuat berpetak-petak supaya bed tersebar merata di seluruh permukaan jig sesuai kompartemen. Bahan kisi-kisi terbuat dari kayu (papan) dan dari plat (besi) yang di lapisi oleh karet.
4.4.2.5. Alat Penggerak
            Untuk membuat gerakan isapan dan tekanan secara terus menerus (continuitas). Alat yang digunakan sebagai penggerak adalah menggunakan pompa hidrolik yang dihubungkan dengan satu sumbu eksentrik yang dibagi untuk 3 kompartemen ABC dengan panjang stang yang sama secara mekanis. Stang balance diafragma merupakan salah satu alat penggerak untuk proses pencucian, yang dipergunakan pada jig type Pan America. Stang balance diafragma ini berfungsi untuk merubah gerakan berputar yang ditimbulkan oleh pompa hidrolik menjadi gerakan atas bawah. Alat ini fungsinya untuk menimbulkan isapan (Suction) dan tekanan (Pushion) pada permukaan bed jig. Gerakan atas bawahnya dapat disetel (diubah-ubah) disesuaikan dengan kebutuhan.
4.4.2.6. M e m b r a n
            Gunanya adalah untuk memberikan gaya isapan (Suction) dan dorongan (Pushion) dengan menutup rapat antara tangki dan torak yang digerakan oleh motor penggerak. Membran ini harus diklem dengan kuat, sehingga tidak terjadi kebocoran atau lepas dan tidak boleh di cat karena akan mengakibatkan mudah retak dan pecah.
4.4.2.7. Pushion
            Torak mendorong air di mana ada pengendapan atau bed sehingga terjadi pushion atau dorongan, sehingga partikel di atas saringan bergerak mengembang dan bed akan terbuka. Ukuran saringan lebih kecil dari ukuran bed, tetapi lebih besar dari ukuran partikel yang disaring sehingga material yang mempunyai berat jenis besar akan disaring dan terpisah dengan berat jenis kecil.
4.4.2.8 Suction
            Apabila terjadi suction, maka di dalam hutch terjadi penyedotan terhadap partikel-partikel di dalam atau diatas saringan, bila penyedotan ini besar maka material akan ikut tertarik. Untuk memperkecil penyedotan ini diberikan air tambahan ( underwater ) agar air dalam hutch tenang, sehingga terjadi pemisahan. Pada waktu Pushion, bed akan terangkat dan merenggang, maka material berat akan menerobos masuk melalui sela - sela bed, yang biasanya berupa hematite dan material dengan berat jenis besar akan masuk kedalam hutch sebagai produk, dan pada waktu suction, bed akan menutup dan material ringan terus mengikuti aliran air bagian atas sebagai tailing.
4.4.2.9. S p i g o t
            Spigot merupakan alat untuk mengeluarkan konsentrat yang keluar melewati saringan dan untuk mengatur jumlah air di dalam tangki jig. Bentuk dari Spigot ialah kerucut yang berbahan dari karet.

4.4.2.10. Spesifikasi Jig
1.   Revolving Screen /Trommel              :
            - 1 set dia 2000 x 4860, steel construction
            - Trommel drive hydraulic,torque 38 NM/MPA,10 RPM
2.   Primary Jigs  :
             - 25 cell Pan American Jigs 1250 x 1250
             - Jig drive hydraulic,torque 411NM,speed 192 RPM 
3.   Clean-up Jigs
             -  16 cell Pan American Jigs 900 x 900
             -  Jig drive hydraulic torque 411NM,speed 192 RPM

4.2.3. SHAKAN (sluice box)
            Shakan  atau yang disebut sluice box yaitu suatu saluran yang dasarnya rata dan di atasnya dialirkan air bersama butiran-butiran mineral. Pada dasar saluran dipasang beberapa kayu penahan ( riffles) tegak lurus arah aliran air dengan jarak tertentu. Proses pemisahannya berdasarkan berat jenis melalui suatu aliran air yang tipis di atas sebuah permukaan yang sedikit miring berupa papan atau deck. Sakhan atau palong yang digunakan pada instalasi pencucian berjumalah 1 unit  dengan panjang bervariasi antara 4 – 6 m lebar perjalur sekitar 1 - 1,5 m  Dengan tinggi dinding 40 – 80 cm dan kemiringan 5o – 6o. Fungsi alat ini adalah untuk mencuci konsentrat bijih timah yang  dialirkan melalaui pipa spigot pada jig clean up kompertemen A dengan pasir halus untuk menghasilkan kadar Sn 60 – 70 %. Final konsentratnya yaitu konsentrat tersebut dimasukkan kedalam karung dan takaran berat konsentrat adalah 50 kg/karung.

4.2.4. Bandar Tailing
            Bandar tailing merupakan jalur atau bandar pembuangan material yang tidak berharga seperti pasir, batuan dan lain-lain. Sistem buangan limbah dari masing-masing proses pencucian KIP dengan cara tailing dipisahkan dan langsung dibuang ke laut melalui buritan kapal, dan dimanfaatkan untuk menutup kembali lubang bekas galian. Untuk limbah hidrokarbon ditampung dan diamankan dari TPS limbah B3 Prayun, sesuai dengan izin PSL-B3 kepmen LH No. 360/2007 tentang izin penyimpanan limbah bahan berbahaya beracun.
4.5. Tahapan Operasi Penambangan dan Pencucian Timah di Kapal Isap Produksi
            Sistem pencucian untuk KIP memiliki prinsip kerja yakni Mekanisme KIP, pengisapan yang dilakukan sistem kombinasi tekan dan memutar/melingkar. Gerakan isap dilakukan pada lapisan melalui tekanan ladder yang ujungnya dilengkapi pipa hisap dan cutter, gerakan berhenti optimasi bila tekanan lapisan keras. Kemajuan tambang relatif mengikuti putaran KIP bergerak dari suatu titik ke titik lain sesuai dengan peta rancangan kerja material yang terhisap tersebut kemudian masuk ke bak penampungan/bejana tuang untuk proses pencucian. Material dari pompa tanah diteruskan ke saringan putar, didalam bejana saringan putar yang sedang berputar ini material sekaligus disemprotkan oleh pipa hisap dan dilengkapi oleh air tambahan untuk mengalirkan batu-batu besar kebandar batu menuju bandar tailing. Hasil dari saringan putar merupakan material yang berupa pulb yang dalam hal ini merupakan feed. Feed tersebut dialirkan ke instalasi pencucian melalui bak pembagi (boil box), material pengotor (keras) sebagai tailling dibuang melalui bandar batu atau bandar tailling. Sedangkan pulb (feed) dicuci lebih lanjut dengan menggunakan jig primer, jig sekunder . Bijih timah bersih yang telah terpisah dari material pengotor/lumpur dibagi menjadi dua golongan, masing-masing berupa konsentrat A high grade dan B low grade dengan kadar 20 – 30% (basah). Pada kapal isap adanya penambahan alat pencucian yang akan meningkatkan kadar dari bijih timah tersebut yaitu shakan. konsentrat hasil pencucian jig akan dicuci pada shakan untuk menghasilkan konsentrat dengan kadar berkisar Sn 60 – 70%.

4.6. Sistem Kerja Pencucian Kapal Isap Produksi
Proses pencucian pada Kapal Isap Produksi adalah sebagai berikut:
1.  Cutter memotong lapisan tanah yang mengandung pasir timah kemudian lapisan tanah yang terberai dihisap oleh pompa isap tanah.
2.  Pompa isap tanah menghisap feed dan kemudian menyemprotkannya kedalam saring putar.
3.  Saring putar yang berbentuk grizzly berfungsi sebagai alat pemisah                     ( sizing ), oversize saring putar keluar sebagai tailing melalui bandar tailing sedangkan undersize dialirkan oleh bandar saring putar ke dua unit  jig primer.
4.  Jig primer berfungsi sebagai alat pemisah dengan prinsip perbedaan berat jenis mineral. Oversize jig primer keluar sebagai tailing sedangkan undersize jig primer dari semua kompartemen ( A,B,C,) dialirkan langsung ke jig clean up.
5.  Jig clean up berfungsi sebagai alat pemisah dengan prinsip perbedaan berat jenis. Oversize jig clean up keluar sebagai tailing, sedangkan undersize jig clean up kompartemen A dialirkan ke penampung konsentrat A Sn = 45-50 %
6.  Konsentrat A diproses di shakan untuk menghasilkan konsentrat akhir dengan kadar Sn > 70 % yang dikemas dalam karung dan ditimbang dengan berat ± 50 kg/karung.
7.  Undersize jig clean up kompartemen B dan C ditampung di penampung konsentrat B dan C itu sendiri  kemudian disirkulasi kembali ke kompartemen A  jig clean up.
8.  Oversize dari shakan juga ditampung dan disirkulasi kembali ke kompartemen A jig clean up. Konsentrat akhir yang dihasilkan harus mempunyai kadar Sn > 60 - 70 %.
 
4.7. Hasil Produksi Yang di Dapatkan
            Hasil produksi merupakan jumlah bijih timah atau cassiterite yang didapatkan tiap bulan dimana pada Kapal Isap Produksi Timah II ditargetkan perbulannya untuk menghasilkan 30 ton/bulan atau 600 kampil/50kg, sedangkan hasil yang dicapai pada Kapal Isap Produksi Timah II adalah ± 30 - 45 ton/bulan. Bijih timah yang telah di kumpulkan tiap empat hari, bijih timah tersebut diangkut oleh kapal penjangkaran untuk di bawa ke pusat pengolahan bijih timah unit kundur untuk dileburkan menjadi timah balok ingot, tin ball, tin soldier, dan lain-lain.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
            Dari hasil penulisan laporan ini penulis menyimpulkan faktor-faktor yang harus diperbaiki dalam pencucian bijih timah menggunakan alat pencucian pada Kapal Isap Produksi dalam pemisahan mineral berharga dengan mineral pengotor  sehingga mendapatkan kadar sn ± 60-70 % adalah :
1. Setelan arus air yang tepat/sesuai, arus air tidak boleh terlalu deras karena apabila arus airnya terlalu deras maka bijih timah akan ikut terbuang bersama tailing.
2. Ukuran ruber screen yang digunakan adalah <10 mm karena apabila ukuran ruber screen >10 mm maka mineral pyrite, kuarsa dan batuan akan mudah masuk kedalam Jig Primer dan Jig Clean Up atau dapat disimpulkan semakin besar lubangnya, makin besar ruang antara batu-batu bed dan makin besar butir yang melaluinya. Jika lubang saringan kecil <10 mm, maka kecil juga material  yang masuk seperti bijih timah sehingga konsentrat menjadi lebih bersih. Pada saat final konsentrat melalu shakan  Kadar sn yang didapatkan adalah 60-70%.

5.2. Saran
            Dari hasil pengamatan dan pencarian data dilapangan bahwa penulis memberi saran yaitu :
1. Pada KIP Timah II berat bijih timah perkaleng susu yang diambil adalah >1,2 kg/kaleng susu, sedangkan bijih timah yang berat 0,9 - 1,1 kg/kaleng susu di buang, saran saya ada baiknya bijih timah yang di buang tersebut diambil untuk diolah dan diambil mineral ikutannya.
2. Untuk menghindari off kerja karena kerusakan alat ada baiknya setiap satu minggu dua kali bagian perawatan melakukan pengecekan alat-alat penggalian dan pencucian KIP Timah II agar dapat mengetahui keausan dan kerusakan alat.




DAFTAR PUSTAKA



TAMBANG TIMAH PT.,STRATEGI PERUSAHAAN, 1995 – 2004 ; PT. TIMAH, Pangkalpinang 1994 (unpublished document).

Mirza Ibrahim Drs.; Sejarah dan Perkembangan Penambangan Timah di wilayah Kundur; PT. Tambang Timah (Persero) Tbk. Unit Penambangan Timah Kundur; Kundur 1990 (unpublished).

Badan Meteorologi dan Geofisika Kepulauan Riau 2010.
Tambang Timah PT.; Pedoman Teknik Kerja, Data-data, laporan-laporan, serta buku-buku yang diijinkan, PT. Tambang Timah.

Irwan Ir.; Pengolahan Bahan Galian, Pemisahan Bijih Timah Dengan Jig, mesh ruber screen; Universitas Bangka Belitung; Balunijuk 2012.