Vrydag 22 Maart 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Timah merupakan salah satu bahan galian yang dimiliki tanah air indonesia
yang tidak dapat diperbaharui keberadaannya. Pertambangan timah Indonesia
hingga saat ini merupakan produsen timah nomor dua di dunia setelah Cina dan
menghasilkan salah satu produk komoditi ekspor
terbesar di dunia. Belakangan ini harga timah di pasaran dunia cenderung naik, sehingga menjadikan timah
merupakan barang jenis logam yang dicari keberadaannya, Sehingga negara-negara
penghasil timah berusaha untuk menyediakan stok di pasaran dunia sesuai dengan
kebutuhannya.
Di indonesia sendiri pertambangan timah hanya tersisa di Pulau Bangka
dan Pulau Belitung serta di daerah sekitar Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat.
Sedangkan perusahaan milik Negara yang melakukan penambangan timah adalah PT.
Timah (Persero).
Industri pertambangan timah mempunyai tahapan kegiatan yang tidak
sederhana, mulai dari kegiatan pra-penambangan, kegiatan penambangan dan
kegiatan pasca penambangan. Dalam perkembangan terakhir, PT. Tambang Timah Unit Kundur telah menitik beratkan operasi penambangan pada cadangan timah
alluvial yang berada di laut dengan mengoperasikan Kapal Keruk dan Kapal Isap
Produksi.
Kapal Isap Produksi dapat dikatakan seperti pabrik terapung karena
selain alat penggalian umumnya dilengkapi dengan mesin-mesin unit pencucian.
Dengan memperhatikan besarnya peranan Kapal Isap Produksi di sektor industri
pertambangan timah dewasa ini, maka perencanaan kerja dan evaluasi pada Kapal
Isap Produksi perlu dilaksanakan dengan baik dan terukur.
Hasil Produksi bijih timah yang dihasilkan oleh Kapal
Isap Produksi Timah II di instalasi pencucian akan menghasilkan bijih timah
dengan kadar Sn 60 % sampai 70 % yang
kemudian akan di proses lebih lanjut lagi di Pusat Pengolahan Bijih Timah
(PPBT) untuk ditingkatkan kadarnya hingga mencapai > 72% Sn
sebagai syarat utama peleburan.
1. 2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah
untuk mengetahui faktor-faktor yang harus diperbaiki dalam pencucian bijih timah
menggunakan Kapal Isap Produksi yang nantinya akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan pencucian timah
selanjutnya dan juga agar mengetahui alat-alat yang digunakan dalam kegiatan
aktivitas pencucian bijih timah dengan menggunakan Kapal Isap Produksi,
Khususnya pada Kapal Isap Produksi Timah II.
Manfaat dari penulisan
laporan ini adalah memperoleh wawasan dan ilmu pengetahuan
mengenai Aktivitas Pencucian Bijih Timah Menggunakan Kapal Isap Produksi khususnya pada Kapal Isap Produksi Timah
II.
1. 3. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini Penulis hanya mengkaji mengenai aktivitas pencucian bijih timah pada Kapal Isap
Produksi Timah II.
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1. Sejarah PT. Tambang Timah (Persero)
Daerah cadangan timah di Indonesia
merupakan suatu bentangan wilayah sejauh lebih dari 800 km, disebut sebagai “The Indonesian Tin Belt” yang merupakan
bagian dari “The South East Asia Tin
Belt” yang membujur sejauh kurang lebih 3.000 km dari daratan Asia kearah Thailand semenanjung Malaysia dan
Indonesia yang mencakup wilayah Pulau-pulau Karimun, Kundur, Singkep dan
sebagian didaratan Sumatera (Bangkinang) di utara terus kearah selatan yaitu
Pulau-pulau Bangka, Belitung dan Karimata hingga ke daerah sebelah barat
Kalimantan.
Penambangan timah di Indonesia sudah
berlangsung lebih dari 200 tahun, yaitu di Bangka mulai tahun 1711, di Singkep
tahun 1812 dan di Belitung sejak tahun 1852. Dengan kekayaan cadangan yang
melimpah, Indonesia merupakan salah satu Negara produsen timah terbesar di
dunia.
Bijih timah di Indonesia pertama
gali digali pada tahun 1709 di sungai olim, Toboali, Pulau Bangka.
Pengerjaannya dilakukan secara primitif oleh penduduk dengan cara pendulangan
dan mencangkul dengan dengan system penggalian sumur Palembang atau system
kolong/parit. Bijih timah yang dihasilkan pada waktu itu dijual kepada
pedagang-pedagang yang dating dari Portugis, Spanyol, dan juga dari Belanda.
Keadaan ini berubah ketika belanda dating ke Indonesia, pada saat mana
penggalian timah mulai lebih digiatkan. Sejak tahun 1720 penggalian timah
dilakukan secara besar-besaran dibiayai oleh para pengusaha belanda yang
tergabung dalam VOC yang kemudian
monopoli dan mengawasi seluruh tambang di pulau Bangka.
Pada tahun 1816 Pemerintah Belanda mengambil alih tambang-tambang di
pulau Bangka dan dikelola oleh badan yang diberi nama "Bangka Tin” Winning Bedrijf" (BTW). Sedangkan di Pulau Belitung
dan Pulau Singkep diserahkan kepada pengusaha swasta Belanda, masing-masing
kepada Gemeenschappelijke Mijnbouw Maatschappij Biliton (Biliton Mij.) atau lebih dikenal dengan nama GMB di Pulau Belitung, dan NV Singkep Tin Exploitatie Maatschappij
atau dikenal dengan nama NV SITEM di Pulau Singkep.
Secara historis pengusahaan pertambangan
timah di Indonesia dibedakan dalam dua masa pengelolaan. Yang pertama sebelum
tahun 1960 dikenal dengan masa pengelolaan Belanda, di mana Bangka, Belitung
dan Singkep merupakan badan usaha yang terpisah dan berdiri sendiri. Bangka
dikelola oleh badan usaha milik Pemerintah Belanda sedangkan Belitung dan
Singkep oleh perusahaan swasta Belanda. Status kepemilikan usaha ini memberikan
ciri manajemen dan organisasi yang berbeda satu dengan yang lain. Ciri
perbedaan itu diwujudkan dalam perilaku organisasi dalam arti luas, baik
struktur maupun budaya kerjanya.
Masa yang kedua adalah masa pengelolaan
Negara Republik Indonesia. Status berdiri sendiri dari ketiga wilayah tersebut
masih terus berlangsung tetapi dalam bentuk Perusahaan Negara (PN) berdasarkan
Undang-undang No. 19 PRP tahun 1960, yaitu PN Tambang Timah Bangka, PN Tambang
Timah Belitung dan PN Tambang Timah Singkep. Selanjutnya berdasarkan PP No. 87 tahun 1961 ketiga
Perusahaan Negara tersebut dikoordinasikan oleh Pemerintah dalam bentuk Badan
Pimpinan Umum Perusahaan Tambang-tambang Timah Negara (BPU Tambang Timah)
dengan pembagian tugas dan wewenang seperti bentuk "holding company".
Perubahan selanjutnya terjadi pada tahun
1968 di mana ketiga PN dan BPU ditambah Proyek Pabrik Peleburan Timah Mentok
dilebur menjadi satu dalam bentuk PN Tambang Timah, yang terdiri dari Unit
Penambangan Timah (UPT) Bangka, Belitung, dan Singkep serta Unit Peleburan
Timah Mentok (Unit Peltim).
Dengan pertimbangan memberi keleluasaan
bergerak di sektor ekonomi umumnya, terutama dalam menghadapi persaingan,
status PN Tambang Timah ini pada tahun 1976 diubah lagi menjadi bentuk
Perseroan yaitu PT Tambang Timah (Persero) dengan Bangka, Belitung, Singkep dan
Peleburan Timah Mentok tetap sebagai unit kegiatan operasi yang dipimpin
masing-masing oleh Kepala Unit sedangkan Kantor Pusat berada di Jakarta
sehingga secara manajemen perubahan dimaksud belum terintegrasi dalam arti
sebenarnya.
PT. Tambang Timah Unit Kundur merupakan unit PT.Timah yang bergerak
dalam bidang penambangan, ekplorasi serta peleburan dari bijih timah. Hal ini
dapat terlihat dari adanya dua tanur smelter yang terdapat di pulau Kundur dan
satu unit system pabrikan solder.
2. 2. Lokasi penambangan PT. Tambang Timah Unit
Kundur
Lokasi penambangan PT. Tambang Timah Unit Kundur
berada di Pulau Kundur. Kecamatan Kundur Barat, sebelah utara dari kota Tanjung
Batu. Dengan jarak tempuh ± 45 km dari pelabuhan utama
Pulau Kundur di kota Tanjung Batu. Perjalanan dapat ditempuh lebih kurang 45
menit waktu penyeberangan dari pulau karimun menuju pelabuhan Sekumbang yang
merupakan pelabuhan utama dari PT. Tambang Timah Unit Kundur. Di pulau Kundur
sendiri terdapat dua pelabuhan utama, yaitu pelabuhan Tanjung batu, dan pelabuhan
Selat Belia.
Operasi penambangan bijih timah di perairan Pulau
Karimun-Kundur menempati wilayah KP ekploitasi yang umumnya mempunyai masa
berlaku 30 tahun. Tuntutan peraturan perundangan (memenuhi surat edaran Dirjen
Minerba Dan Panas Bumi No.03.E/31/Djb/2009) dan telah disesuaikan dengan izin
usaha penambangan (IUP) yang diterbitkan
bupati Kabupaten Karimun, maka secara administrasi jalur endapan bijih timah
perairan P. Karimun-Kundur tercakup kedalam Kecamatan Kundur, Kecamatan Kundur
barat, Kecamatan Meral, Kecamatan Karimun dan Kabupaten Karimun. Dari sudut
geologi, sumber timah perairan tersebut merupakan bagian jalur timah Asia
Tenggara. Di indonesia jalur timah ini 2/3 berada pada zona lautan, sedangkan zona
daratan berupa deretan pulau-pulau dari arah barat laut, Pulau Karimun, Kundur,
Singkep, Bangka sampai Belitung dan jejak granit bertimah terakhir berada di
pulau Karimata di timur Belitung.
Secara implisit RTRW Kabupaten Karimun (2001-2002)
menunjukkan bahwa perairan tersebut tergolong strategi umum pola pengembangan
potensi jalur endapan bijih timah, sehingga lokasi tersebut diterapkan
peruntukannya sebagai kawasan pertambangan dengan kriteria lokasi untuk potensi
bahan tambang bernilai tinggi.
2.3. Iklim
dan Suhu regional
Berdasarkan data badan BMG tanjung balai karimun,
dengan periode pencatatan tahun 2006-2010 dapat diketahui komponen iklim.
a. Curah hujan rata-rata tahunan di perairan P.
Karimun-Kundur adalah 2.400 mm. Curah hujan bulanan rata-rata tercatat sebesar
230,4 dengan jumlah hari hujan 17 hari dalam sebulan (Tabel II.1). Curah hujan
harian tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu sebesar 509,3 mm dengan hari
hujan sebanyak 19 hari sedangkan terendah adalah pada bulan Januari sebesar
30,7 mm dengan hari hujan sebanyak 13 hari.
a. TABEL II.1
CURAH HUJAN DAN PENYINARAN
MATAHARI BULANAN
RATA-RATA
Bulan
|
Penyinaran Matahari (%)
|
Curah Hujan (mm)
|
Jumlah Hari Curah Hujan
|
|
|||
Januari
|
67
|
30,7
|
13
|
Febuari
|
84
|
76,2
|
8
|
Maret
|
49
|
128,1
|
18
|
April
|
55
|
330,4
|
21
|
Mei
|
46
|
152,0
|
21
|
Juni
|
53
|
141,5
|
17
|
July
|
45
|
180,3
|
17
|
Agustus
|
47
|
499,1
|
20
|
September
|
46
|
287,1
|
19
|
Oktober
|
50
|
509,3
|
19
|
November
|
43
|
255,0
|
10
|
Desember
|
48
|
175,0
|
20
|
Rata-rata 2010
|
53
|
230,4
|
17
|
Rata-rata 2009
|
49
|
226,7
|
18
|
Rata-rata 2008
|
53
|
226,6
|
15
|
Rata-rata 2007
|
57
|
233,2
|
-
|
Rata-rata 2006
|
62
|
163,8
|
-
|
Sumber BMG Kepri 2010
b. Suhu udara rata-rata bulanan pulau Kundur 27oC.
Tertinggi pada bulan Juli sebesar 33oC, dan terendah pada bulan
Januari temperatur udara rata-rata bulanan mencapai 23,20oC.
Pengukuran di daerah pantai menunjukkn suhu udara berkisar antara 28,5 – 31,4o.
c. Kelembapan udara nisbi di atmosfer sekitar
P.Karimun-Kundur pada umunya tinggi sepanjang tahun atau rata-rata bulanan
sekitar 86%. Kelembapan relatif terendah pada bulan Mei dan Juli 2010 yaitu 59%
sedangkan kelembaan relatif tertinggi dicapai 99% (Tabel II.3). tekanan udara
rata-rata pada sepanjang tahun 2010
adalah 1010,4 mb, terendah sebesar 1006,5 mb pada bulan Mei dan bergerak
mencapai tekanan tinggi 1013,4 mb di awal 2010.
d. Arah dan kecepatan pergerakan mata angin relatif
setimbang selatan dan utara, pada bulan Juni – Oktober angin bertiup dari
selatan dengan kecepatan 3 – 6 knot (1,5 – 2,5 m/det) kemudian periode bulan
Januari – April angin bergerak dari arah utara dengan kecepatan 3 – 5 knot.
Kecepatan maksimum terjadi pada bulan Oktober – November mencapai 20 knot
(Tabel II.2)
TABEL II.2
KELEMBAPAN UDARA, ARAH DAN
KECEPATAN ANGIN BULANAN RATA-RATA
Bulan
|
Kelembapan udara (%) humidity
|
Arah dan kecepatan angin (knot)
|
||||
Rata-rata harian
|
Maximum
|
Minimum
|
Rata-rata harian
|
Maximum
|
minimum
|
|
Januari
|
82
|
98
|
63
|
5
|
18
|
Utara
|
Febuary
|
82
|
100
|
62
|
5
|
11
|
Timur
|
Maret
|
87
|
100
|
67
|
3
|
8
|
Utara
|
April
|
85
|
100
|
66
|
5
|
10
|
Utara
|
Mei
|
89
|
98
|
59
|
5
|
10
|
Timur
|
Juni
|
87
|
98
|
64
|
6
|
9
|
Selatan
|
July
|
88
|
100
|
59
|
5
|
18
|
Selatan
|
Agustus
|
87
|
98
|
67
|
6
|
17
|
Selatan
|
September
|
87
|
100
|
62
|
3
|
20
|
Selatan
|
Oktober
|
88
|
100
|
69
|
3
|
20
|
Selatan
|
November
|
88
|
100
|
65
|
4
|
7
|
Barat
|
Desember
|
86
|
100
|
66
|
5
|
9
|
Barat
|
Rata-rata 2010
|
86
|
99
|
64
|
5
|
13
|
|
Rata-rata 2009
|
86
|
99
|
63
|
4
|
20
|
Timur laut
|
Rata-rata 2008
|
86
|
97
|
62
|
6
|
15
|
Selatan
|
Rata-rata 2007
|
85
|
97
|
61
|
4
|
20
|
Selatan
|
Rata-rata 2006
|
84
|
98
|
60
|
3
|
15
|
|
Sumber BMG Kepri 2010
2.4. Fisiografi dan Morfologi
Secara regional Pulau Karimun-Kundur
dan pulau sekitarnya dimasukkan kedalam fisiografi pulau-pulau lepas pantai (offshore island). Kondisi geologi
gugusan pulau-pulau ini berbeda dengan daratan bagian timur laut pulau Sumatra
yang dimasukkan dalam fisiografi daratan pantai (coastal pain). Karakteristik pulau-pulau lepas pantai adanya
perbukitan yang biasanya terbentuk dari batuan dasar (granit) baik batuan beku
maupun batuan metasedimen dari kerak benua paparan sunda yang berumur pra
tersier. Sedangkan daratan pantai umumnya
berupa dataran rendah berawa dan ditempati oleh batuan sedimen yang
mengisi cekungan sumatra tengah yang berumur tersier dan lebih mudah selain itu
gugusan pulau-pulau ini merupakan jalur timah asia tenggara (The south east asia tin belt) yang
membentang dari Cina-Thailand-Myanmar-Malaysia-P.Karimun-Kundur hingga berakhir
di Bangka-Belitung dan Kalimantan. Keberadaan granit yang menempati gugus
pulau-pulau ini menjadi menarik karena
mengandung mineral ogam, non logam dan mineral jarang yang memiliki nilai
ekonomis.
Morfologi, topografi kundur relatif
lebih rendah dengan kelerengan sedang hingga landai-datar dengan ketinggian
kurang dari 125 m dpl. Dengan kekerasan batuan granit lebih lembek dibanding
P.karimun. keadaan sungai umunya pendek, beberapa bersifat musiman dan relatif
berpola dendrik, yakni mengikuti lembah-lembah perbukitan. Perairan diwilayah
kundur merupakan perairan selat yang berada di antara pulau-pulau dan berada
didepan muara sungan kampar, sehingga kondisi perairan wilayah tersebut
dipengaruhi oleh sistem estuari muara sungai. Secara umum kedalaman dasar laut
perairan kundur kurang dari 25 meter dari muka laut.
2.5.
Stratigrafi dan Struktur Geologi
Stratigrafi P.Karimun-Kundur dan pulau sekitar
dengan urutan stratigrafi tua ke muda sebagai berikut:
1. Formasi papan tersingkap di P.Kundur dan pulau sekitarnya,
terdiri dari serpih, batu pasir, konglomerat kuarsa kontak dengan
granit, berumur karbon akhir – trias.
2. Formasi malam tersingkap di P.Karimun terdiri dari
serpih, konglomerat, batu gamping dan batu
gunung api riodasitik, berumus trias awal.
3. Formasi duriangkang lebih tersingkap kearah
P.Batam-Bintan, terdiri dari serpih karbonat dan batu pasir, trias tengah
4. Granit Kundur terdiri dari granit biotit,
muskovit, turmalin aplit, pegmatit dan graisen timah dan tungsten. Berumur
trias tengah.
5. Granit Karimun terdiri dari granit biotit,
muskovit, turmalin aplit, pegmatit dan graisen timah dan tungsten. Berumur
trias tengah.
6. Granit tak terbedakan, tidak diketahui apakah
masuk granit karimun, atau kundur
7. Endapan permukaan tua (aluvial tua) terdiri dari
lempung lanau, kerikil lempungan, sisa tumbuhan dan pasir granit, berumur
plistosen akhir
8. Endapan permukaan muda (aluvial muda ) terdiri
dari lempung, lanau, kerikil, sisa tumbuhan, rawa gambut dan terumbu koral
berumur holosen.
Sedimen permukaan dasar laut yang berada di
wilayah studi termasuk dalam aluvium muda. Pengelompokan sedimen permukaan
dasar laut didasarkan pada prosentase besar butir klasifikasi folk (1980) yang dapat
dibedakan menjadi beberapa satuan sedimen dengan fraksi kasar (kerikil-pasir)
tersebar lebih kearah dekat pantai, sedangkan kearah lepas pantai lebih
didominasi oleh sedimen berfraksi halus (lempung dan lumpur)
Berdasarkan batuan yang tersingkap menunjukkan
struktur geologi berarah barat laut-tenggara yang sama dengan arah struktur
bentong suture di Malaysia. Sejarah geologi diawali dengan dijumpainya batuan
dasar metasedimen era peleozoik kelompok tapanuli (Put) yang berumur
karbon-perm. Kelompok ini tersingkap di daratan pulau sumatara sedangkan
didaerah karimun kundur terbentuk formasi papan (Mpt). Pada waktu yan bersamaan
terjadi pengangkatan kala permo-triass dengan munculnya batuan magmatik granit
yang berbentuk batholit.
Pada era mesozoikum didaerah P.Karimun-Kundur
hanya dijumpai batuan sedimen/metasedimen formasi malang dan duriangkang. Tidak
banyak yang diketahui pada proses yang terjadi di daerah karimun-kundur pada
era kenozoik khusunya kala tersier. Sedangkan didaerah daratan sumatra, pada
kala tersier diendapkan formasi pematang, sihapas, telisa, petani dan minas
yang merupakan cekungan sumatra tengah dan berpotensi migas. Pada kala kuarter
2 juta tahun lalu terendapkan aluvial tua (Qp) dan hingga saat ini aluvial muda
(Qh).
Pada proses endapan timah melalui beberapa fase penting yang sangat
menentukan keberadaan timah itu sendiri, fase tersebut adalah, pertama adalah
fase pneumatolitik, selanjutnya melalui fase kontak pneumatolitik-hidrotermal
tinggi dan fase terakhir adalah hipotermal sampai mesotermal.Fase yang terakhir
ini merupakan fase terpenting dalam penambangan karena mempunyai arti ekonomi,
dimana larutan yang mengandung timah dengan komponen utama silica (Si02)
mengisi perangkap pada jalur sesar, kekar dan bidang perlapisan.
2.6. Endapan Timah
Endapan
timah di Indonesia terletak pada jalur timah terkaya di dunia, yang membujur
mulai dari Cina selatan, Birma, Muangthai, Malaysia dan berlanjut ke Indonesia.
Jalur di Indonesia mengarah dari utara ke selatan yaitu dari pulau Karimun, P.
Kundur, P. Singkep, P. Bangka, Bangkinang (Sumatera bagian tengah)serta
terdapat tanda-tanda di kepulauan Anambas, Natuna dan Karimata. Sampai ini ada
dua jenis utama timah yang berdasarkan proses terbentuknya yaitu timah primer
dan timah sekunder,kedua timah jenis tersebut dibedakan atas dasar proses
terbentuknya (genesa). Endapan timah primer pada umumnya terdapat pada batuan
granit daerah sentuhannya, sedangkan endapan timah sekunder kebanyakan terdapat
pada sungai-sungai tua dan dasar lembah baik yang terdapat di darat maupun di
laut.
Produksi
delapan puluh persen dari endapan timah sekunder yang merupakan hasil proses
pelapukan endapan timah primer, sedangkan sisanya ada dua puluh persen berasal
dari endapan timah primer itu sendiri. Penyebaran cadangan timah terdapat di
Negara-negara yang berada di jalur mineralisasi, seperti Negara-negara tersebut
di atas. Di Indonesia bahan tambang timah merupakan komoditi andalan untuk
ekspor, selain minyak bumi dan batu bara, dan kemungkinan masih cukup banyak
endapan timah yang masih belum ditemukan.
Bentuk
- Bentuk Pengendapan Timah
Batchelor. D, (1980), dan
Worojati. D, (1994), menjelaskan bahwa bentuk-bentuk pengendapan (depositional form) yang potensial
terhadap konsentrasi endapan timah dibagi kedalam 5 (lima) kelompok :
a.
Pengendapan
eluvial dan kolovial
Gejala pengendapan eluvial dan
kolovial di lapangan dapat dikenali dengan
memperhatikan perubahan secara berangsur-angsur pada interval bawah
hingga ke atas tanpa dipisahkan oleh bidang erosi.
b.
Kipas Aluvial (Aluvial
fan)
Secara umum
model kipas aluvial dibagi atas :
1)
Bagian Proksimal (dekat dengan sumber), tersusun atas
batupasir kasar yang mempunyai struktur masif dan berlapis.
2)
Bagian
tengah kipas aluvial (mid fan) terusun
atas batupasir kasar hingga sedang.
3)
Bagian
ujung kipas aluvial (distal fan)
tersusun atas batupasir berukuran sedang
hingga batulempung.
c.
Brainded Stream
Merupakan pola pengaliran yang
bancuh / simpang siur, yang menghasilkan
banyak point bar.
d.
Meandering Stream
Merupakan pengendapan yang
dibagi atas endapan dasar sungai dan endapan
point bar.
e.
Endapan
pantai
Fasies endapan pantai secara
umum mempunyai nilai ekonomi terhadap kandungan mineral bijih.
2. 7. Sifat
Fisik dan Karakteristik Mineral Dalam Bijih Timah
Kasiterit (SnO2) merupakan mineral utama yang mengandung unsur Sn. Dalam pembentukannya, mineral ini disertai dengan beberapa
mineral berat berharga serta sekelompok mineral pengganggu. Endapan bijih timah
didalam kasiterit pada umumnya
berasal dari magma granitik, yaitu magma dari larutan yang bersifat asam
(pembentukan granit), sehingga keterdapatan endapan bijih Timah berhubungan
erat dengan terdapatnya batuan granit. Kandungan rata-rata kadar Sn dalam
batuan sebagai indikasi pegangan eksplorasi mineral dalam menentukan nilai
latar belakang yang diberikan oleh
Hawkess dan Webb (1962). Harga rata-rata ini untuk batuan beku adalah 32 ppm
Sn, dengan kandungan Sn yang kecil sebesar 6 ppm pada batuan beku mafik dan
dengan maksimum 45 ppm pada batuan fesilik, sedangkan untuk batuan sedimen
serpih dapat mencapai 40 ppm. Nilai rata-rata yang digunakan ditentukan
oleh Onishi dan Sandell (1957) dan Hamaguchi (1964) dengan kisaran nilai yang
dikumpulkan oleh Wedepohl (1974) dan Durasova (1967).
1) Mineral berat berharga.
a.
Mineral Utama
Mineral utama yang diproses di Pusat Pencucian Bijih Timah (PPBT) Unit
Kundur adalah kasiterit (SnO2).
Warna kasiterit ini bermacam-macam
yaitu kuning coklat, kuning kemerahan, coklat kehitaman dan coklat tua dengan
berat jenis 6,8 – 7,1. Mineral kasiterit
permukaannya mengkilap dan berminyak. Umumnya tidak tembus cahaya, tetapi
lapisan permukaan kristalnya berkilau. Keberadaannya ada yang primer ada pula yang aluvial. Dengan sistem kristal tetragonal 4/m 2/m 2/m. Mineral mineral bersifat konduktor.
b. Mineral ikutan berharga
Secara
umum mineral berharga yang terbawa
oleh mineral kasiterit, dan mineral ikutan
berharga yang diproses di Pusat Pencucian Bijih Timah (PPBT) Unit Kundur antara
lain:
1. Ilmenit (FeTiO3)
Umumnya
ilmenit berwarna hitam besi atau
hitam keabu-abuan, memiliki berat jenis 4,5 – 5 dan bersifat konduktor dan sifat magnetik kuat. Biasa
digunakan sebagai rutil (TiO2)
untuk industri keramik pigmen dan
konsentrat titanium.
2. Zircon
Memiliki warna merah pucat atau
orange dengan berat jenis 4,2 – 4,7. zircon bersifat non konduktor dan non
magnetik digunakan sebagai bahan zirkonia
untuk industri keramik.
3.
Monazit [(Ce, La, Y, Th)PO4]
Umunya
memiliki warna kuning atau jaring-jaring hijau. Berat jenis monazite antar 4,6 – 5,3 dan bersifat non konduktor dan megnetik
lemah. Mineral ini dijual secara berkala
tergantung pesanan konsumen.
2.)
Mineral ikutan lainnya.
Mineral – mineral lainnya yang sangat
berpengaruh dalam bijih timah, yang memiliki perbedaan warna, kekerasan, berat
jenis, sifat kelistrikan dan sifat magnetic (Tabel II-1). Dari hasil kondisi
lapangan, pada penambangan kapal isap produksi (KIP TIMAH II) Timah diperoleh beberapa
mineral ikutan yang utama antara lain: Pyrite/ Marcasite, ilmenit, zircone, anatase, turmalin, siderit dan mineral pengotor utama pasir kuarsa.
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Devinisi Kapal Isap Produksi
Kapal isap produksi adalah suatu alat gali atau
pemindahan tanah yang dipergunakan untuk menggali lapisan tanah bawah air,
dimana peralatan mekanis dan pengolahan materialnya bertumpu pada sebuah
ponton. Selanjutnya material hasil penggalian tersebut dipindahkan ke bagian
pengolahan sementara, yaitu: instalasi pencucian. Bagian pengolahan sementara
ini berfungsi sebagai media pemisah antara material endapan bijih timah ( Sn ) dengan material pengotor lainnya.
Material endapan bijih timah ( Sn )
hasil pencucian ditampung di dalam kampil bijih ( karung tempat bijih timah ),
sedangkan material pengotornya langsung terpisah dan dibuang ke dalam laut.
3.2. Bagian-Bagian Utama Kapal Isap Produksi
Secara garis besar bagian utama pada
Kapal Isap Produksi adalah sebagai berikut :
1. Alat Apung ( Ponton )
Ponton adalah bagian dasar/kumpulan
dari beberapa tangki atau kompartemen yang membentuk suatu badan kapal, ponton berbentuk tabung berdiameter 1,8
meter. Selain sebagai alat apung, ponton juga berfungsi
untuk menyimpan HSD ( bahan bakar solar ) dan air tawar.
|
Untuk mendukung operasional penggalian di KIP,ada beberapa peralatan
sangat dominan:
1.
Cutter
2. Ladder
3. Pipa Hiap
4. Pompa
tanah
5. GPS
6. Mesin
dorong/propeller
7. Mesin
(Engine)
1.
Cutter
Cutter
adalah alat gali atau alat potong dan alat yang mampu memberai,
mengiris(menggali) lapisan tanah. Dibuat dari bahan besi baja yang keras
sehingga tidak mudah haus karna gesekan dengan tanah, didalam cutter terdiri dari 6 buah pisau dan tiap pisau terdiri
dari 8 kuku yang bertugas memotong lapisan tanah, cutter
ditempatkan pada ujung ladder.
2.
Ladder.
Berfungsi
untuk penempatan cutter,pompa tanah,pipa isap dan pipa tekan.panjang ladder
sangat menentukan untuk mencapai kedalaman gali,setiap KIP mempunyai panjang
ladder yang berbeda-beda.Kontruksi ladder terdiri dari besi siku dan plat
sebagai dinding.ujung ladder dipasang cutter dan pangkal ladder dipasang as
sebagai tumpuan bagi naik turunnya ladder. Pompa tanah diletakkan di ladder
dengan jarak 9-12 meter dari cutter.
Dalam proses penggalian, Ladder digerakan oleh kawat ladder untuk naik turun ladder dalam proses penggalian. Kinerja ladder sangat ditentukan
oleh keahlian operator yang mengendalikan kawat Lader sesuai dengan kedalaman
pengalian. Kawat
lader bisa saja putus bila ada arus dan longsoran. Panjang ladder sangat menetukan untuk mencapai kedalaman
gali, kedalaman gali maksimum mencapai 35 m.Konstruksi ladder terdiri dari besi siku dan plat
sebagai dinding. Ujung ladder dipasang cutter dan pangkal ladder dipasang as
sebag tumpuan naik turunnya ladder.
3.
Pipa
Hisap
Pipa hisap adalah pipa yg berbentuk mulut bebek yg
berfungi untuk menghisap tanah yang telah di hancurkan oleh cutter akan tetapi
yg memberikan daya hisap adalah pompa tanah karena pipa hisap alat bantu pompa
tanah.
4.
Pompa
Tanah
Pompa tanah berfungsi
menghisap material hasil gali dari cutter
yang selanjutnya
ditransportasi ke saring putar melalui pipa keong, pipa press dan pipa spiral menuju
ke saring putar. Pompa
tanah di letakkan pada ladder dengan jarak sekitar 9-12 meter dari cutter,untuk
memindahkan campuran tanah dan air yang sudah digali dengan cutter,melalui pipa
isap dan pipa tekan dialirkan ke saringan putar.
Kinerja cutter dan
pompa tanah harus betul2 dikuasai oleh operator dalam operasional penggalian
KIP. Pompa tanah juga dapat menghisap tanah yang terberai
oleh cutter, dapat
memperlemah dinding
tanah sehingga mudah tuk dihisap.
5. GPS
Peralatan dalam proses penggalian dibantu oleh adanya GPS
yang dapat memonitor koordinat posisi kapal isap dengan ketelitian hingga 1 m
setiap saat dan juga kedalaman penggalian. Kapten menyimpan titik-titik lokasi
yang pernah digali sehingga kemungkinan akan tergalinya tanah yang sudah digali
sangat kecil.
6. Mesin
dorong/propeller
Mesin dorong berfunsi
sebagai menggerakkan kapal untuk belayar,dalam operasional penggalian berfungsi
untuk memberi dorongan kapal kekiri dan kekanan,agar bisa berputar 360o mendorong untuk menekan ujung cutter terhadap tanah yang
akan digali.
5 . Mesin (engine)
Mesin (engine) KIP terdiri dari.
1. Engine For gravel pump,
mesin funsinya untuk menggerakkan pompa
tanah.
2. Engine for hydrolic pump
for cutter and
ladder wich, mesin yang
fungsinya untuk menggerakkan cutter and ladder.
3. Engine for water pump & hydrolic plant ,mesin yang
fungsinya menggerakkan Saringan putar,penggerak Jig
dan pompa onderwater.
4. Engine for operation dredge (engine for propeller swing),mesin
yang fungsinya untuk menggerakkan
propeller,janggka labuh.
5. Engine for sailing dredge(propeller moving engine),mesin yang
berfungsi untuk Menggerakkan propeller ketika
berlayar.
6. Electric Generator , mesi
yang fungsinya untuk
menggerakkan generator Penerang
dan motor las.
3.4. Peralatan
pencucian/pemisahan
Peralatan pencucian
yang digunakan kapal isap produksi timah II , ada beberapa peralatan
yang sangat berperan penting antara lain :
1. Saringan
Putar
2. Jig
primer
3. Jig
Clean Up
4. Sakan
5. bandar
tailing
3.5. Latar Belakang KIP
Timah II
1.
Riwayat KIP Timah II
KIP Timah II
Dirancang oleh PT. Timah (Persero) Tbk pada tahun 2008, yang lokasinya di Air
Kantung Sungailiat Kabupaten Bangka. Uji coba operasi pada tanggal 22 Mei 2009
di perairan Bangka dan di resmikan pada tanggal 31 Desember 2009 oleh Direktur
PT. Timah (Persero) Tbk. Bapak Wachid
Usman.
KIP Timah II
beroperasi mulai dari September 2010 sampai
sekarang di wilayah Laut Kundur Kepulauan Riau pada saat ini operasional
KIP Timah II berada di wilayah Kuasa Penambangan (KP-6183) pada koordinat 310000 - 310200 LU dan 10093400 - 10093600
BT.
2. Konstruksi KIP Timah II
Konstruksi KIP
Timah II ada dua. yaitu konstruksi Atas dan Bawah. Untuk di atas yaitu:
6.
Atas : Merupakan Tempat Operasional KIP Timah II. Yang terdiri
atas Dua dek. Dan berisi peralatan mesin,
pencucian, Ruang komando, dan ruang karyawan dan lain-lain.
7.
Bawah : Merupakan Konstruksi dari pada seluruh KIP Timah II. Di
mana konstruksi berbentuk tabung dengan
berdiameter 1,8 m yang merupakan gabungan beberapa Konstruksi
seluruh sebagai pondasi bawah yang berfungsi Sebagai tempat
penyimpanan bahan bakar dalam air tawar.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Pencucian
Pencucian merupakan proses akhir dari rangkaian kegiatan
penambangan, sehingga besar kecilnya perolehan sangat ditentukan oleh kegiatan
pencucian, Pencucian yang digunakan dengan pemisahan menggunakan media air
laut.
4.2. Fungsi Pencucian
Fungsi pencucian dalam suatu kegiatan penambangan adalah untuk
mencuci atau mengolah atau memisahkan bahan galian dari mineral-mineral
pengotor, untuk mendapatkan mineral utama dan mineral-mineral ikutan berharga
lainnya. Setelah dilakukan pencucian bijih
timah pada kapal isap produksi timah II kadar sn yang didapatkan adalah ± 60-70 %.
4.3. Fungsi Peralatan Pencucian
Pencucian dapat berfungsi dengan baik
apabila peralatan maupun prosesnya berfungsi dengan baik pula. Apabila Posisi instalasi
peralatan pencucian yang kurang baik maka akan mengakibatkan kehilangan mineral
timah dan mineral-mineral berharga lainnya. Peralatan pencucian inilah
sebagai media pembersih timah yang di bantu oleh air. Alat pencucian merupakan
media atau alat bantu dalam pencucian.
4.4. Peralatan Pencucian
Peralatan
pencucian terdiri dari:
4.4.1. Saringan putar (grizzly)
Merupakan alat
pemisahan material bahan galian awal, dimana material halus bertimah sebagai undersize dan material kasar seperti
bongkahan tanah besar, batu, dan kerang-kerangan, dan lain-lain sebagai oversize. Untuk ukuran undersize adalah <10 mm sedangkan oversize >10 mm, dan kemiringan sudut saring putar pada KIP Timah II adalah 6o.
4.4.2. JIG
Jig adalah suatu alat pemisah bijih timah
berdasarkan perbedaan berat jenis ( BJ )
dari bijih timah dan mineral-mineral ikutan lainnya. Seperti halnya
sakan, jig juga menggunakan prinsip
gravitasi. Butiran bijih timah akan turun secara gravitasi akibat adanya gaya
isap (suction) dan tekan (pushion) dari air yang berada dalam
kompartemen jig akibat gerakkan dari
penggerak jig dengan sistem hidrolik.
Proses pencucian bijih timah di
kapal isap dilakukan dengan menggunakan alat Jig tipe Pan America, yaitu tipe jig diafragma dengan posisi membran berada di bawah. Gerakan membran-nya dari atas ke bawah dengan
gerakan tekanan isap. Tiap kompartemen
dapat diatur panjang dorongannya (stroke)
masing-masing Pada kapal isap produksi peralatan pencuciannya menggunakan jig tipe Pan America, yaitu suatu tipe peralatan pencucian yang terjadi
akibat adanya gaya tekan dan gaya isap dengan bersumber dari media air yang
didorong dari atas ke bawah peralatan jig. Kapal isap produksi hanya
menggunakan 2 tingkatan, yaitu jig primer
dan jig clean up. Jig
primer menerima umpan / feed dari undersize grizzly dan saring putar (revolving screen). Oversize jig primer
berupa material kasar akan terbuang
sebagai tailing melalui bandar tailing sedangkan undersize berupa material
halus campuran bijih timah dan pasir kemudian diolah lebih lanjut melalui jig clean up.
4.4.2.1. Saringan (Rubber Screen)
Saringan gunanya untuk menahan jig bed (hematite) jangan sampai turun ke
bawah dan melewatkan atau meloloskan bijih timah. Pada umumnya saringan dibuat
dari bahan yang tahan terhadap korosi seperti pospor brons, baja tahan karat dan karet. Ukuran lubangnya harus
lebih kecil dari hematite dan lebih
besar dari bijih timah, biasanya dipakai dengan ukuran 4 x 10 mm untuk
kompartemen A dan ukuran 3 x 10 mm untuk kompartemen BC, ukuran lubang 6-10.
Saringan berukuran lebih besar diletakan melintang terhadap arah aliran, dengan
tujuan agar lubang saringan tidak mudah buntu atau tersumbat.
4.4.2.2. Bed
Bed adalah lapisan material diatas saringan jig, yang terdiri dari batu hematite yang berfungsi sebagai bahan
perantara dalam memisahkan bijih timah yang berat jenisnya lebih tinggi dengan
bijih yang berat jenisnya lebih rendah.
Ukuran pada jig primer = 25 – 40 mm
Ukuran pada jig clean up =
8 – 10 mm
Contoh perhitungan kebutuhan batu hematite
sebagai bed jig :
PA jig dengan opening area/cell = 1,25 m x 1,25 m
Luas area/cell = 1,25 m x 1,25 = 1,5625 m2
Tinggi rooster = 100 mm = 0,1 m
Volume = 1,5625 m2 x 0,1 m = 0,15625 m3
BJ pure = 2,3 ton/m3
Berat bed jig = 0,15625 m3
x 2,3 ton/m3 = 0,359 ton/cell
Jadi kebutuhan bed jig untuk 1
unit jig PA 2 x 3 cell
(2 x 3 cell/unit) x 0,359 ton/cell = 2,154 ton/unit dibulatkan
menjadi 2,2 ton/unit.
4.4.2.3. Afsluiter Underwater
Berfungsi sebagai pengatur cross flow dan mengatur
pemasukan air ke tiap tangki jig
dan menjaga keseimbangan air dalam jig,
maka air perlu ditambahkan dan dimasukkan ke dalam jig dari sebelah bagian bawah saringan (Hutch), disebut underwater atau
hutchwater. Selain itu fungsi yang
terpenting adalah untuk mengontrol pemisahan konsentrat dan tailing,
sehingga tailing yang sudah masuk ke
dalam jig bed dapat didorong kembali
ke atas dan keluar sebagai tailing.
4.4.2.4. Kisi – Kisi (Rooster)
Kisi-kisi (rooster)
adalah alat yang berguna untuk menjepit saringan jig dan menahan bed agar
tetap di tempat. Kisi-kisi dibuat
berpetak-petak supaya bed tersebar
merata di seluruh permukaan jig
sesuai kompartemen. Bahan kisi-kisi
terbuat dari kayu (papan) dan dari plat
(besi) yang di lapisi oleh karet.
4.4.2.5. Alat Penggerak
Untuk membuat gerakan isapan dan tekanan secara
terus menerus (continuitas). Alat yang digunakan sebagai penggerak
adalah menggunakan pompa hidrolik yang dihubungkan dengan satu sumbu eksentrik
yang dibagi untuk 3 kompartemen ABC dengan panjang stang yang sama secara mekanis. Stang balance diafragma merupakan salah satu alat penggerak untuk
proses pencucian, yang dipergunakan pada jig
type Pan America. Stang
balance diafragma ini berfungsi untuk merubah gerakan berputar yang
ditimbulkan oleh pompa hidrolik menjadi gerakan atas bawah. Alat ini fungsinya untuk menimbulkan isapan (Suction) dan tekanan (Pushion) pada permukaan bed jig. Gerakan atas bawahnya dapat
disetel (diubah-ubah) disesuaikan dengan kebutuhan.
4.4.2.6. M e m b r a n
Gunanya adalah untuk memberikan gaya isapan (Suction) dan dorongan (Pushion) dengan menutup rapat antara
tangki dan torak yang digerakan oleh motor penggerak. Membran ini harus diklem dengan kuat, sehingga tidak terjadi
kebocoran atau lepas dan tidak boleh di cat karena akan mengakibatkan mudah
retak dan pecah.
4.4.2.7. Pushion
Torak mendorong air di mana ada pengendapan atau bed sehingga terjadi pushion atau dorongan, sehingga partikel
di atas saringan bergerak mengembang dan bed
akan terbuka. Ukuran saringan lebih kecil dari ukuran bed, tetapi lebih besar dari ukuran partikel yang disaring sehingga material
yang mempunyai berat jenis besar akan disaring dan terpisah dengan berat
jenis kecil.
4.4.2.8 Suction
Apabila terjadi suction,
maka di dalam hutch terjadi
penyedotan terhadap partikel-partikel
di dalam atau diatas saringan, bila penyedotan ini besar maka material akan ikut tertarik. Untuk
memperkecil penyedotan ini diberikan air tambahan ( underwater ) agar air dalam hutch
tenang, sehingga terjadi pemisahan. Pada waktu Pushion, bed akan
terangkat dan merenggang, maka material
berat akan menerobos masuk melalui sela - sela bed, yang biasanya berupa hematite
dan material dengan berat jenis
besar akan masuk kedalam hutch
sebagai produk, dan pada waktu suction,
bed akan menutup dan material
ringan terus mengikuti aliran air bagian atas sebagai tailing.
4.4.2.9. S p i g o t
Spigot merupakan alat untuk mengeluarkan konsentrat yang keluar melewati saringan
dan untuk mengatur jumlah air di dalam tangki jig. Bentuk dari Spigot ialah kerucut yang berbahan dari
karet.
4.4.2.10. Spesifikasi
Jig
1. Revolving Screen /Trommel
:
- 1 set dia 2000 x 4860, steel construction
- Trommel drive hydraulic,torque 38 NM/MPA,10 RPM
2. Primary Jigs :
- 25 cell Pan American
Jigs 1250 x 1250
- Jig drive hydraulic,torque
411NM,speed 192 RPM
3. Clean-up Jigs
-
16 cell Pan American Jigs 900 x 900
-
Jig drive hydraulic torque 411NM,speed 192 RPM
4.2.3. SHAKAN (sluice box)
Shakan atau yang disebut sluice box yaitu suatu saluran yang dasarnya rata dan di atasnya
dialirkan air bersama butiran-butiran mineral.
Pada dasar saluran dipasang beberapa kayu penahan ( riffles) tegak lurus arah aliran air dengan jarak tertentu.
Proses pemisahannya berdasarkan berat jenis melalui suatu aliran air yang tipis
di atas sebuah permukaan yang sedikit miring berupa papan atau deck. Sakhan atau palong yang digunakan pada instalasi pencucian berjumalah 1 unit dengan panjang bervariasi antara 4 – 6 m lebar perjalur sekitar 1 - 1,5 m Dengan tinggi dinding 40 – 80 cm dan kemiringan 5o – 6o. Fungsi alat ini adalah untuk mencuci konsentrat bijih timah
yang dialirkan melalaui pipa spigot pada jig clean up kompertemen A dengan pasir halus untuk menghasilkan kadar Sn 60 – 70 %. Final konsentratnya yaitu konsentrat
tersebut dimasukkan kedalam karung dan takaran berat konsentrat adalah 50 kg/karung.
4.2.4. Bandar Tailing
Bandar tailing
merupakan jalur atau bandar pembuangan material
yang tidak berharga seperti pasir, batuan dan lain-lain. Sistem buangan limbah dari masing-masing proses pencucian KIP dengan
cara tailing dipisahkan dan langsung
dibuang ke laut melalui buritan kapal, dan dimanfaatkan untuk menutup kembali
lubang bekas galian. Untuk limbah hidrokarbon
ditampung dan diamankan dari TPS limbah B3 Prayun, sesuai dengan izin PSL-B3 kepmen LH No. 360/2007
tentang izin penyimpanan limbah bahan berbahaya beracun.
4.5. Tahapan Operasi Penambangan dan Pencucian Timah di Kapal Isap Produksi
Sistem pencucian untuk KIP memiliki prinsip kerja
yakni Mekanisme KIP, pengisapan yang
dilakukan sistem kombinasi tekan dan memutar/melingkar. Gerakan isap dilakukan
pada lapisan melalui tekanan ladder
yang ujungnya dilengkapi pipa hisap dan cutter,
gerakan berhenti optimasi bila tekanan lapisan keras. Kemajuan tambang relatif
mengikuti putaran KIP bergerak dari suatu titik ke titik lain sesuai dengan
peta rancangan kerja material yang
terhisap tersebut kemudian masuk ke bak penampungan/bejana tuang untuk proses
pencucian. Material dari pompa tanah diteruskan ke saringan putar, didalam bejana saringan
putar yang sedang berputar ini material
sekaligus disemprotkan oleh pipa hisap dan dilengkapi oleh
air tambahan untuk mengalirkan batu-batu besar kebandar batu menuju bandar tailing. Hasil dari saringan putar
merupakan material yang berupa pulb yang dalam hal ini merupakan feed. Feed tersebut dialirkan ke instalasi pencucian melalui bak pembagi (boil box), material pengotor (keras) sebagai tailling dibuang melalui bandar batu atau bandar tailling. Sedangkan pulb (feed) dicuci lebih lanjut dengan menggunakan jig primer, jig sekunder . Bijih timah bersih yang telah terpisah dari material pengotor/lumpur dibagi menjadi
dua golongan, masing-masing berupa konsentrat A high grade dan B low grade
dengan kadar 20 – 30% (basah). Pada kapal isap adanya penambahan alat pencucian
yang akan meningkatkan kadar dari bijih timah tersebut yaitu shakan. konsentrat hasil pencucian jig akan dicuci pada shakan untuk menghasilkan konsentrat dengan kadar
berkisar Sn 60 – 70%.
4.6. Sistem Kerja Pencucian Kapal Isap Produksi
Proses pencucian pada Kapal Isap Produksi adalah sebagai
berikut:
1. Cutter memotong lapisan tanah yang
mengandung pasir timah kemudian lapisan tanah yang terberai dihisap oleh pompa
isap tanah.
2. Pompa isap tanah menghisap feed dan kemudian menyemprotkannya kedalam saring putar.
3. Saring putar yang berbentuk grizzly berfungsi sebagai alat
pemisah ( sizing ), oversize saring putar keluar
sebagai tailing melalui bandar tailing sedangkan undersize dialirkan oleh bandar saring putar ke dua unit jig primer.
4. Jig
primer berfungsi sebagai alat pemisah dengan prinsip perbedaan berat jenis
mineral. Oversize jig primer keluar
sebagai tailing sedangkan undersize jig primer dari semua kompartemen ( A,B,C,) dialirkan
langsung ke jig clean up.
5. Jig
clean up berfungsi sebagai alat pemisah dengan prinsip perbedaan berat
jenis. Oversize jig clean up keluar
sebagai tailing, sedangkan undersize jig clean up kompartemen A dialirkan ke penampung konsentrat A Sn = 45-50 %
6. Konsentrat
A diproses di shakan untuk
menghasilkan konsentrat akhir dengan
kadar Sn > 70 % yang dikemas dalam
karung dan ditimbang dengan berat ± 50 kg/karung.
7. Undersize
jig clean up kompartemen B dan C
ditampung di penampung konsentrat B
dan C itu sendiri kemudian disirkulasi
kembali ke kompartemen A jig
clean up.
8. Oversize
dari shakan juga ditampung dan
disirkulasi kembali ke kompartemen A jig clean up. Konsentrat akhir yang dihasilkan harus mempunyai kadar Sn > 60 - 70 %.
4.7. Hasil Produksi Yang
di Dapatkan
Hasil produksi
merupakan jumlah bijih timah atau cassiterite
yang didapatkan tiap bulan dimana pada Kapal Isap Produksi Timah II
ditargetkan perbulannya untuk menghasilkan 30 ton/bulan atau 600 kampil/50kg,
sedangkan hasil yang dicapai pada Kapal Isap Produksi Timah II adalah ± 30 - 45
ton/bulan. Bijih timah yang telah di kumpulkan tiap empat hari, bijih timah
tersebut diangkut oleh kapal penjangkaran untuk di bawa ke pusat pengolahan
bijih timah unit kundur untuk dileburkan menjadi timah balok ingot, tin ball, tin soldier, dan lain-lain.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penulisan laporan ini penulis menyimpulkan faktor-faktor yang harus diperbaiki dalam pencucian bijih timah menggunakan
alat pencucian pada Kapal Isap Produksi dalam pemisahan mineral berharga dengan
mineral pengotor sehingga mendapatkan
kadar sn ±
60-70 % adalah :
1. Setelan
arus air yang tepat/sesuai, arus air tidak boleh terlalu deras karena apabila
arus airnya terlalu deras maka bijih timah akan ikut terbuang bersama tailing.
2. Ukuran
ruber screen yang digunakan adalah
<10 mm karena apabila ukuran ruber
screen >10 mm maka mineral pyrite,
kuarsa dan batuan akan mudah masuk
kedalam Jig Primer dan Jig Clean Up atau
dapat disimpulkan semakin
besar lubangnya, makin besar ruang antara batu-batu bed dan makin besar butir yang melaluinya. Jika lubang saringan
kecil <10 mm, maka kecil juga material yang masuk seperti bijih timah sehingga konsentrat menjadi lebih bersih. Pada
saat final konsentrat melalu shakan
Kadar sn yang didapatkan
adalah 60-70%.
5.2. Saran
Dari hasil pengamatan dan
pencarian data dilapangan bahwa penulis memberi saran yaitu :
1. Pada KIP Timah II berat bijih timah
perkaleng susu yang diambil adalah >1,2 kg/kaleng susu, sedangkan bijih
timah yang berat 0,9 - 1,1 kg/kaleng susu di buang, saran saya ada baiknya
bijih timah yang di buang tersebut diambil untuk diolah dan diambil mineral ikutannya.
2. Untuk menghindari off kerja karena
kerusakan alat ada baiknya setiap satu minggu dua kali bagian perawatan
melakukan pengecekan alat-alat penggalian dan pencucian KIP Timah II agar dapat
mengetahui keausan dan kerusakan alat.
DAFTAR
PUSTAKA
TAMBANG TIMAH PT.,STRATEGI PERUSAHAAN, 1995 – 2004 ; PT. TIMAH,
Pangkalpinang 1994 (unpublished
document).
Mirza Ibrahim Drs.; Sejarah
dan Perkembangan Penambangan Timah di wilayah Kundur; PT. Tambang Timah
(Persero) Tbk. Unit Penambangan Timah Kundur; Kundur 1990 (unpublished).
Badan Meteorologi dan Geofisika Kepulauan Riau 2010.
Tambang Timah PT.; Pedoman Teknik Kerja, Data-data,
laporan-laporan, serta buku-buku yang diijinkan, PT. Tambang Timah.
Irwan Ir.; Pengolahan Bahan Galian, Pemisahan Bijih
Timah Dengan Jig, mesh ruber screen; Universitas Bangka Belitung;
Balunijuk 2012.
Teken in op:
Plasings (Atom)